[RP] Municipal Basement

Oot: memang masih di basement^^ teleport g guna ya... (ga asik klo out secepat ini) wah nanase uda nangkep duluan!^^ rejaku lakukan sesuatu dong!!
____________

Ruang kosong itu hancur--setidaknya itulah yang ia bisa pahami. Ia dan Rejaku terjatuh. Dada shuuji terasa sangat dan sangat sakit. Ia muntah darah.

Kemudian seorang vampire menemukan mereka dan menahannya. Kondisi fisik yang lemah membuatnya tak bisa melawan, ia terdiam.

Ia kemudian merasakan seorang Municipal yg memancarkan aura sihir dahsyat itu datang dan mendekati mereka.

Ia mengenalinya, itu Rolly.

"Hhh... kau... mengurungku? Hhehe..."

Rolly sedikit tidak mengerti, orang-orang ini dikenalnya sebagai anggota distrik ketiga, dan sesuai dugaannya memang ada apa-apa dengan mereka.

Ia lantas mengacungkan tongkat sihirnya ke wajah Shuuji, "Apa yang kalian lakukan di sini?" tanyanya dengan matang, untuknya ini bukan saatnya tertawa.

Shuuji hanya terdiam saat Rolly mengacungkan tongkatnya. Ia tak tahu kata-kata yang tepat.

"Aku... tersesat..."

Shuuji berusaha untuk memulihkan dirinya sambil menahan sakit di dadanya.

Ketahuan.
Hah―kasihan sekali―dua ekor penyusup dari luar sana akhirnya terdeteksi oleh Tuan Ketua. Walau sebelumnya ia bertanya perihal ada yang aneh dengan aura tempat ini―okay―Nemu tidak mau mengatakan kebenaran bahwa dia tidak merasakan sedikitpun perbedaan―nothing. Riiite, silahkan ejek dia, toh instingnya memang payah. Tak tanggung orang sini memilih dukun-sok-tau itu sebagai wakil ketua. Weehee. Jangan bilang Nemu terseleksi karena rambut bayamnya? Oho... lelucon basi, dear.

Hmf. Ganti topik. Jadi, entah bagaimana, para penyusup liar itu―eer, malah mendatangkan nona vampir galak―ah.. ralat, sorry―menyeramkan yang diketahui Nemu sebagai Nanase. Haa... kebetulan. Nona pasang alarm anti-invasi, yah? Tapi itu bagus, Tuan ketua jadi lebih menggebu-gebu dalam usahanya menangkap penyusup. Nemu ingin bantu juga, tapi, aww... mereka terlanjur one by one. Dan, sepertinya ada penyihir lain disini. Nemu sempat menikmati beberapa menit acara kembang api merah-biru-merah lagi-dan biru. Aplaus. Enaknya bisa sihir... beda dengan ilmu onmyouji yang―yang, you know, kerjanya cuma meramal―membaca mantra-berbahasa alien, membuat kertas-kertas ukuran kecil yang digambari, lalu―ah... apa lagi.

Wah. Kali ini Hide-and-Seek. Kedua invader menghilang dari pandangan. Tapi Nemu bisa merasakannya... mereka masih disini. Nguing. HAH? Lupakan kalimat tadi, Nemu cuma sekedar pura-pura punya indera tajam, jangan percaya. Tapi benar kan? Rolly dan Nanase bergegas menyadap dua sosok manusia yang kini muncul lagi. Ha. Mau diapakan mereka? Digoreng? Ng... kalau iya, Nemu mengundurkan diri.

Ia memilih untuk menghampiri Rolly saja, jangan tanya kenapa.
“Aku tidak dapat giliran“, cicitnya pelan, hampir berbisik. Padahal bisa saja, Nemu memakai skill kebanggaannya―yang sebenarnya tak pantas dibanggakan―untuk memaksa duo penyusup itu bicara sesuatu. Nay?

---

thanks to Ruruh atas draft RP-nyaa ><

"The Third Distric... datang dengan... dan membawa... damai..."

Oh, betapa Shuuji sangat membenci kata-kata 'damai' yang baru saja ia katakan.

Ia kembali teringat dengan tujuan awal mereka datang ke Municipal ini, melakukan pendekatan dan mencari titik lemah Municipal.

Demi tujuan itu ia berusaha mengalah--suatu hal yang ia benci. Ia memikirkan kata-kata apa agar Rolly balik bersimpati padanya. Sejak tadi ia berpikir keras dan menemukan ide itu. Namun masalah yang lain muncul, ia tak tahu bagaimana caranya mengungkapkan ide itu dengan kata-kata. Ia tak pandai berbicara.

Akhirnya ia memutuskan untuk menulisnya saja. Ia lalu menciptakan diagram sihir--tanpa bergerak sekalipun. Dari diagram tersebut keluar sebuah kertas dan pena bertinta permanen yang melayang-layang di udara. Dengan kekuatan sihir dan pikirannya, Shuuji menggerakkan pena itu dan mulai menulis sesuatu di kertas tersebut.

Tak lama ia selesai menulis, dan segera melayangkan kertas itu pada Rolly.

"Alasanku datang kemari karena ingin bertemu lagi denganmu dan aku ingin tahu grup seperti apakah dan bangunan seperti apakah Municipal itu. Karena itu aku dan gadis itu berteleport kemari dan tersesat di basement ini. Aku tak mau dianggap penyusup, dan berusaha untuk pergi. Namun pintu keluar telah diberi panel sihir dan terjadilah hal-hal yang tadi... Lagipula aku tak ingin tertangkap Municipal, karena itu aku berusaha kabur... The Third datang dengan damai..."

Siapa sangka, ternyata Shuuji pandai membuat alasan, otaknya memang sangat kreatif. Kata-katanya pun sangat bagus jika ditulis. Hal itu wajar saja karena ia hanya bergaul dengan tulisan, bukan dengan omongan.

Ia harap Rolly dapat mempercayainya dan mempermudah misinya.

"Shuuji! Maaf aku terlambat bereaksi..." Rejaku bersiap, namun pertarungan sudah terlalu jauh, Shuuji sepertinya tampak berdiplomasi dengan pada anggota Municipal.

"Banyak... jumlah mereka... hmm..." pikir Rejaku, yang bersiaga, didepannya, bersiaga seorang gadis vampir.

"Vampir... Shuuji... kalau kau gagal, akan kucoba sesuatu..." bisik Rejaku pelan.


================

buset jauh amat

Mendengar itu, Shuuji membuat angin semilir di sekeliling Rejaku dengan ayunan jarinya--karena tubuhnya tak bisa ia gerakan. Ia lalu bergumam tanpa bersuara.

"Bagus... kau... taklukan vampire itu..." pesannya lewat angin semilir yang bertiup di telinga Rejaku.

Hm-- sepertinya sang Onmyouji itu kembali datang ketempat sang Vampire kecil dan sang wizard ini berada. Dengan tenangnya vice leader satu ini meninggalkan tugasnya menjaga air. Bisa saja bukan penyusup ini hanya sebagai umpan? Mata ungu yang berubah menjadi kuning keemasan pun melirik tajam ke mata pendatang baru itu.

Seorang Vampire tidaklah bisa mengigit atau mengeluarkan cakar tetapi mendengar dan membaca hati orang pun itu salah satu kekuatannya. Sumeragi adalah darah murni yang mendapatkan sebuah kekuatan vampire yang berbeda dengan kalangan yang lainnya. Jadi sang nona kecil ini mendengar salah satu yang ditangkap oleh vampire kecil ini berbicara seperti itu.

" Silahkan jika kalian bisa." 'damai'? betulkah? Jika damai mereka tak usah melawan rite? cukup diam saja. Tak usah dengan susah payah menaklukan gadis ini, karena sudah kekunci tidak bisa apa-apa lagi.

"Benar... damai... ah..."

Shuuji baru saja ingat tentang perihal mengenai vampire yang pernah ia baca di suatu buku. Vampire berdarah murni mampu membaca pikiran orang. Seketika ia kosongkan pikirannya. Tentu saja, hal itu sangat mudah baginya. Ia berusaha untuk menyamakan pikirannya dengan kata-katanya.

Entah, apakah vempire itu darah murni atau bukan ia tidak peduli. Ia memanipulasi pikirannya sendiri. Sehingga vampire itu tak bisa mengetahui kebenaran yang sesungguhnya.

"Ah... iya... damai..." mendengar kata damai, kepala Rejaku penuh dengan kata-kata yang dia dengar dari kepala desanya dulu, "Kalau tidak perlu ada pertarungan, untuk apa bertarung?" Rejaku menurunkan kesiagaannya, dia berharap tidak perlu ada pertarungan yang tidak penting disini.

Lalu angin melewatinya lagi, kata-kata Shuuji terdengar di telinganya. Kelihatannya dia tidak punya pilihan, dia meningkatkan kesiagaannya lagi.

"Maaf... tapi... boleh saya... sedikit... mengacau? Saya ingin tahu... kekuatan mereka yang akan menjadi teman saya nanti...Shunko" Rejaku menghilang, meninggalkan Shuuji di area itu, namun dia tidak meninggalkan area itu, auranya masih terasa disekitar situ.

"Aku dan temanku, kami berdua dilatih menjadi hunter tercepat di Minegarde, dunia kami." kata-kata Rejaku menggema di tembok basement Municipal itu, membuat asal suaranya tidak diketahui.

OOT: saya ga ngerti sama strategi Rejaku.

Shuuji hanya terdiam tanpa satu kata pun terucap dari mulutnya.

Kemudian ia melihat Rejaku menghilang dan setelah itu mendengar gema suaranya.

Ia menunggu gadis itu--sambil diam-diam memulihkan kekuatan sihirnya. "...."

Setelah beberapa detik Rejaku menghilang, dari dalam kegelapan di basement Municipal, muncul puluhan panah energi terang yang semuanya mengarah pada Nanase.

"Aku tidak suka dengan kegelapan... tapi kalau terpaksa... aku kadang harus bersembunyi didalamnya... menyebalkan..." kata Rejaku lagi. Memang, didalam basement Municipal yang cukup gelap itu, dia tidak bisa terlihat.

"Sonido" Rejaku muncul di belakang Nanase, diantara kedua tangannya terikat tali tipis dan panjang.

"Sebaiknya untuk sekarang, kau diam, ya? Hirenkyaku." Rejaku memutari Nanase sebanyak lima kali dalam satu detik, dan mengikatnya dengan tali yang tadi ada di tangannya.

"Constrict." katanya pelan.

"Shunshin." Rejaku muncul lagi dibelakang Shuuji, menunggu anak panahnya menancap di tubuh Nanase yang sedang terikat.

=============

wew... itu belum semua... Allan sama Rejaku tipe strateginya sama... Deception... karena dua duanya hunter yang dilatih dengan cara yang sama, agi dua duanya termasuk besar. (harap maklum =w= addicted to speed)

Shuuji melihat serangan secepat itu--dengan wajah tanpa ekspresi.

Begitu Rejaku tiba dibelakangnya, kekuatannya telah pulih. "Destroy.." serunya dan diagram sihir itu meledakkan panel sihir yang membelenggunya. Ia pun segera berdiri.

Ketika panah-panah itu datang menyerang Nanase, Shuuji mengacungkan tangannya. Dengan diagram sihir kekkai ia melenyapkan panah-panah itu menjadi abu.

Ia berbisik pada Rejaku, "jangan.. Lakukan terlalu jauh..."

ia segera menatap Rolly, "Sudah ku kata... Aku tak suka.. Tertangkap.." katanya sambil tersenyum.

"Tenang... Kami.. tak mengacau... Hanya ingin liat.. Municipal..."

Thrid Distric, hm-- sebuah nama yang pernah di sebut oleh sang leader Munipal kita. Entah itu group yang baik atau jahat. Seorang yang sakit-sakitan dan seorang yang lema lembut itu berasal dari distric itu. Mata kuning keemasan memperhatikan setiap gerak-gerik dua orang itu. Sejak tadi hanya menyiapkan sebuah rencana untuk membunuh bukan untuk berdamai yang sesuai dengan perkataan sang penyusup itu.

" Hm-- " Jangan lupa semuanya. Sang nona kecil ini memiliki kekuatan khusus. Semua rencana kalian terbaca oleh sang gadis ini. Jubah yang cukup besar jika di pakai oleh vampire ini dilepas dan mengunci tangan salah seorang yang ingin memanah Nanase. Tangan itu bisa patah jika tidak bisa diam, jadi berhentilah berencana untuk menyerang tiba-tiba.

" Hati-hati ok? "

Oot: Nanase kan lagi terikat? Tpi ya udalah.. Oia nanase dbuat jgn tahu rencana mereka.. Ya?
*****
Shuuji menatap pada Nanase yg mengunci tangan Rejaku--dengan tatapan yg tajam.

"Kau.. Tak percaya..?" katanya, ia lalu mengacungkan kedua tangannya.

"Kunci juga.. Sudah ku kata.. Kami tak akan... Mengacau..." serunya.

OOT: wah! maaf gak ke baca...@A@

---

" Tidak " itulah yang di ucapkan sang vice leader municipal terhadap sang penyusup. Walaupun seperti itu tetap saja siapapunakan kurang percaya. Seseorang yang tiba-tiba menghancurkan pertahanan yang berarti musuh itu kuat dan berbahaya jika tetap berada di Municipal.

" Rolly " Sang leader yang menentukkan. Bukan kedua vice leader yang ada di depanmu. Sepertinya lagi-lagi sang vampire harus benar-benar mengawasi mereka semua.

"Tanganku... dikunci saat mengikat tadi...? Hmmm... hebat..." Rejaku menutup matanya, dia memfokuskan aliran energi dalam tubuhnya ke beberapa titik di tangannya, lalu ledakan kecil cahaya terlihat di tangannya, dan tangannya dapat bergerak kembali.

"Hihi... kami kesini cuma melihat-lihat kok... jadi... biarkan kami pergi, ya?" Rejaku tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya 'peace!'. Tampaknya dia sedikit-sedikit kembali ke sifatnya yang lama setelah bertemu dengan orang yang ingin dirindukannya di tempat perburuan.

"Benar..." serunya, "Tetap... tak percaya..? Awasi kami..."

Shuuji lalu menatap Rolly, berharap agar ia setuju dengannya.

Konyol...
mana mungkin ia bisa percaya pada orang-orang yang membobol basement?
Adapun kalau mereka bermaksud baik pintu belakang adalah pilihan yang salah karena pintu depan Municipal Building selalu terbuka bahkan untuk musuhnya.

Setelah Shuuji melayangkan selembar kertas Rolly menurunkan tongkat sihirnya untuk sementara. Ia membaca isi kertas itu, dan lagi-lagi gumaman... "Konyol..." lalu diremasnya kertas itu dan dilempar kesamping.

"Siapa yang percaya pada kalian?" ucapnya dingin, terdengar seperti orang yang apatis. Memang begitu, ia tidak pernah mempan dengan yang namanya rayuan.

Sesaat setelah itu Nemui muncul, menanyakan bagiannya. "Oh Nemu... giliranmu untuk mengintrogasi mereka. Bukannya itu tugas 'orang tua'?" katanya pada Nemui, ditambah dengan sorot mata yang meremehkan.

Dan... sebuah serangan pada Nanase. Begitu bodohkan mereka? Jika ingin membuat orang lain percaya setidaknya berikan rayuan bukan ancaman.

"Tidak... aku tidak percaya. Kalian membobol ruangan ini, kalian memakai kekuatan di sini, dan kalian mencari masalah!" tukasnya lagi menjelaskan rentetan kesalahan mereka.

Shuuji hanya terdiam. Ia tahu, apapun yg mereka lakukan tidak akan mendapat simpati mereka. Ia sangat tahu--karena ia sendiri juga begitu.

Ia membuka mulutnya dan mengucapkan sesuatu.

"kami.. pintu belakang.. karena aku tak mau.. terkena sinar matahari..." serunya lemah, kaku.

Rolly berusaha mengerti... walau otak batunya tetap memasang rasa apatis.

"Dari mana kalian masuk?" ia berjalan memutari Shuuji, menjaga siapa tahu mereka memang penyusup.

"Mengapa kalian ke Municipal Building?"

"Apa yang ingin kalian lakukan di sini?"

"Siapa yang menyuruh kalian ke sini?"

"Apa tujuan dari kelompok kalian terhadap kami?"

Rentetan pertanyaan, sepertinya yang lebih cocok mengintrogasi orang adalah Rolly sendiri.

"Ka...kami... kami tidak disuruh siapa siapa..." kata Rejaku pelan. Sudah begini, sulit sekali untuk keluar dalam keadaan selamat.

"Ma...maafkan kami..." Rejaku menundukkan kepalanya, tangan kanannya menggenggam tangan kirinya.

"Shuuji... maafkan... aku... semua salahku..." Rejaku menutup matanya. Tampaknya dia berpikir kalau semuanya adalah salahnya

Heh. Beginilah alasan yang dibuat-buat.
Para tuan penyusup sudah merasa terpojok, eh? Padahal kalian bisa buat alibi indah dengan mengatakan bahwa pintu dimensi rusak dan akhirnya terdampar disini, kan. Atau jangan-jangan kalian masih punya alasan yang lebih bagus dari itu? Nah. Sudah tidak bisa, nak. Katakan selamat tinggal pada semua rencanamu mengambil hati para anggota Municipal, karena mereka terlanjur menaruh curiga pada duo invader tak dikenal ini. Apalagi Rolly, si satu yang keras kepala, dia menolak tukasan salah satu penyusup―Shuuji. Tanpa toleransi. Ha, kasihan dia.

Jadi, kali ini apa giliran Nemu? Rolly telah menjawabnya dengan sangat-sangat-menyebalkan. Apa sekarang waktu yang tepat untuk debat harian `kita`, wahai tuan pemimpin?
“Siapa yang kau sebut orang tua, hah? Aku masih sembilan belas tahun, ingat itu,” merasa ada yang aneh, tidak? Tentu. Jarang sekali melihat Nemu bersikeras tidak ingin dipanggil `orang tua`. Padahal biasanya dia bangga disebut begitu.

―dumb.
Baru sadar sekarang, hah, kalau jadi yang paling tua itu tidak enak? Well yeaa, Nemu terlahir dengan daya pikir yang sangat pendek dan lambat, sampai-sampai muncul pemikiran kalau dia sudah cukup umur untuk metamorfosis jadi daddy―okay, lupakan.

Ditariknya sehelai kertas mantra lusuh dari balik jubah, yang lantas dipertunjukan pada salah satu penyusup. Ini bukan ancaman, oke?
“Kau mau bicara jujur atau kupakai ini?“, uh―ternyata memang mengancam. Nemu menatap Shuuji sambil melotot―oh, bukan―matanya memang besar. Seraya mengibas-ngibaskan pucuk kertas mantra diudara. Ingatlah kau, Nemu mengancam.

Shuuji menoleh pada Rejaku, menatapnya sebentar. Kemudian kembali memandang Rolly. Ia berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan itu--dengan gayanya.

"Melalui teleport.."

"Sudah ku kata.. di surat tadi.."

"Melihat-lihat.. bangunan dan manusianya..."

"Tak ada.. Ingin sendiri.."

"Berteman.. dengan damai.. tanpa pertarungan..."

ia menjawab satu-satu pertanyaan itu tanpa ekspresi. Tentu saja, itu bukanlah kebenaran yg sesungguhnya.

Ia kembali terdiam.

Rolly merasa tidak puas, ia mengulang kembali kata-katanya, "Jawab pertanyaanku, semuanya dengan jelas!" ucapnya tegas.

Ia masih tidak yakin dengan jawaban yang Rejaku dan Shuuji berikan. Masih memikirkan cara sebaiknya diapakan kedua orang ini.

"Kalau kalian menjawabnya, mungkin kalian bisa keluar dari tempat ini dengan selamat." Tambahnya.

Dan... nampaknya Nemui mulai mengambil langkah, cerdik juga setidaknya dia bisa mengunci gerakan dengan mantera-mantera ala-nya seperti dia memainkan Nanase di kala pertarungan. "Tiga lawan satu... kalian berhadapan langsung dengan petinggi tempat ini. Sebaiknya berbicara dengan jujur."

Masih tidak percaya.