Nanase -- Tamaki [B]

[ b ] Hospital

Tempat ini adalah bekas rumah sakit, bukan rumah sakit biasa namun rumah sakit bekas peperangan dan sangat tidak tertata... . Di sini terkenal dengan serangan makhluk halus super buas yang mungkin juga bisa membunuh dirimu, seperti Suster Ngesot ; Dokter Psikopat ; Hantu Prajurit Iseng ; Arwah Korban Mutilasi tanpa kepala.

Di tempat ini ada 10 macam benda yang mungkin kamu temukan di sekitarnya:

jarum suntik, gunting, bunga mawar, plastik, botol larutan benzena, gunting kuku, bantal, kartu berobat, sendal, sarung tangan

----------------------------------------------------
EVENT HALL

Bah--

Ini ada apa ya? Ih, malas sekali. Setelah mengambil undian untuk bergroup dengan siapa. Sekarang dia berpasangan dengan Tamaki--salah satu anggota Tokyo Tower. Jujur saja, tidak niat dengan dia tetapi di pasangkan oleh orang tersebut. Pernah bertemu sekali, tapi tetap saja. Itukan dari kubu musuh. Tsk, sial.

Sekarang mendapatkan setting di rumah sakit. Ukh, mengapa harus ditempat seperti ini ehm? Sialan. Memang undiannya membawa sial sekali kepada Nanase. Sekarang tinggal menunggu sang partner datang.

"Ih, lama!"

Kini Tamaki Kiyokazu salah satu Fighter Tokyo Tower sedang berlari menuju sbuah bangunan bekas rumah sakit. Dilihat dari dekat bangunan ini tampaknya menyeramkan dan lagipula ia harus berpasangan dengan seorang vice-leader Municipal, Nanase.

Lho, bukannya Nanase itu vampire ya?

Sialnya, Tama datang telat dari waktu yang sudah dijanjikan. Ia ada urusan yang harus diselesaikan dulu di Tokyo Tower dan hal itu memakan waktu. Entahlah apa yang akan vampire kecil lakukan terhadapnya. Pasti Nanase kesal sekali dengannya. Entah kenapa Tama merasakan perasaan tidak enak ketika ia melihat Nanase...menunggu.

"Anuu... maaf Nanase-san! Saya benar-benar tak berniat untuk datang terlambat... ada urusan dulu di Tokyo Tower..." ucapnya tersengal-sengal sambil membungkuk.

Cukup sepi--

WOI KEMANA DIA?!

Lama sekali datang orang itu--orang yang berpasangan dengan Nanase. Kabur, hem? Sudah lama menunggu tetapi pasangan tersebut tidak keluar-keluar. Halo--kamu dimana , dear? Lama sekali dia itu. Beli makanan? Ukh, benci menunggu.

Bah, dia balik dulu ke tokyo tower sedangkan Nanase setia menunggu ditempat berdiri tidak kemana-mana. Dasar gila kau. Fuh, sabar. Dia adalah partner hari ini harus mencoba bersabar menghadapi sifat lelaki ini. Walau membuat kesal--biarlah, peduli setan.

"Ngapain ada acara seperti itu?!" sambil menglihat kedua seperti ada yang memegang kakinya. "i--ituu kyaaaa!!" langsung memeluk Tamaki tanpa panjang berpikir. Karena panik, ya sudah.

Terlihat jelas dari tatapan yang diperlihatkan Nanase, bahwa vampire itu kesal padanya. Tapi ya, apa boleh buat. Urusan yang tak perlu disebutkan itu tidak bisa ditinggalkan, sehingga dengan terpaksa Tama harus kembali ke Tokyo Tower.

"Sekali lagi... maaf!" ucapnya.

Sebenarnya ia bingung sekali kenapa harus Nanase yang menjadi partnernya di uji nyali ini? Tapi ya sudahlah, yang namanya hitsuzen sudah tak bisa dirubah. Mungkin hitsuzennya di rumah sakit ini adalah bersama Nanase. Ia lalu melirik sejenak ke arah bangunan bekas rumah sakit.

Kenapa di antara sekian banyak gedung harus rumah sakit sih?

Tiba-tiba Nanase memeluknya. Sejujurnya Tama merasa kaget dengan sensasi tiba-tiba yang dilancarkan Nanase padanya. Setidaknya ia adalah seorang cowok, dan Nanase adalah seorang cewek walaupun berjenis vampire. Mukanya berubah pink juga ketika merasakan sensasi menyenangkan tersebut.

"E..to.." Tama melirik ke arah sesuatu yang aneh yang ada di dekat kaki Nanase.

Satu hal lagi... sejujurnya ia agak takut dengan hantu. Namun, Tama akan berusaha untuk menyembunyikan hal itu dari Nanase, dengan pura-pura bersikap cool. Ia lalu mengambil sebuah jarum suntik yang entah mengapa ada di dekatnya, dan melemparnya tepat ke arah sesuatu yang 'muncul' itu.

Jleb! Kena! Tapi kenapa bunyinya 'Jleb' ?

Oke--

Sekarang benar-benar takut.

HUWAAAA!!! Ada apa dikaki putih milik Nanase! Panik--ya, panik--itulah yang sedang dilakuakn oleh gadis berambut panjang hitam. Cukup kaget dengan ada-nya perasaan kalau alat gerak bagian bawah sedang di pegang oleh seseorang yang entah darimana. Sembari Tamaki berada didepannya. Refleks memeluk--bukan bermaksud apa-apa hanya kaget dan panik tidak tahu harus melakukan apa.

"Anuu..!! Tolong!!" tetap memeluk dengan erat Tamaki. Maniknya berubah dalam sekejab. Muka yang sudah dicampuri oleh warna merah lalu kedua gelas sudah menampung beberapa tetes air mata.

Merasakan sang pemuda Tokyo Tower itu melakukan sesuatu dan mengeluarkan suara yang cukup meng-anehkan. BErusaha melirik kepada kakinya lalu melihat ada sebuah jarum suntik? Eh--buat apa itu ya? Peduli setan. Yang penting sekarang sudah bebas.

JLEB!

Loh? Kenapa suara nya seperti itu? Tetap posisi memeluk kembali Tamaki. "Su-suara apakah itu Tamaki!" kedua lengannya semakin erat melingkari Tamaki.

oot: uweeh~ masih main kan? Setelah saya lama tidak RPan...
_______________________________________________________________

Nanase masih melingkari Tama dengan erat ketika jarum suntik sialan itu mendarat tepat pada sesuatu yang berbunyi 'JLEB'. Sebenarnya bunyi itu sudah cukup membuatnya kaget. Namun ia tetap harus menjaga imagenya di depan Nanase.

"Er... saya tak tahu... mungkin akan saya lihat... dulu..." ucapnya ragu. Sebenarnya ia sudah ketakutan sejak tadi, namun tentu saja, ia berusaha untuk tetap terlihat cool.

Wajarlah, Tama adalah seorang laki-laki, dan laki-laki tak boleh jadi penakut maupun pengecut.

Tama melihat ke bawah, bermaksud menoleh ke arah jarum suntik yang ia lemparkan. Ia menekukan kepalanya, dan seketika matanya terbelalak melihat jarum suntik aneh itu mendarat dan menusuk tepat ke tubuh seekor tikus besar di bawah.

Tikus itu...tergeletak dalam keadaan tak bernyawa.

"Ha-hanya tikus... Nanase-san..." ucapnya kaku. Ia menghela nafasnya sejenak. "Mungkin sesuatu yang Nanase-san rasakan itu adalah tikus ini..."

Ia pun berusaha melepaskan Nanase dari tubuhnya dan berjongkok untuk melihat dengan jelas ke arah tikus mati itu. Ya, tikus mati. Tama mencabut jarum suntiknya dan melihat dengan teliti ke arah jarum dan cairan yang ada di dalamnya.

I-ini cairan... apa? Tikus ini mati seketika... pikirnya. Ia lalu melihat ke arah mayat tikus itu. Lagipula... kenapa bisa ada seekor tikus di kota Tokyo yang sudah rusak ini? di rumah sakit ini?

Ia lalu bangkit berdiri, dan serta merta melempar dan membuang jarum suntik aneh itu. "Jarum itu berbahaya... Nanase-san..."

"Kalau begitu... Ayo kita jalan lagi lebih ke dalam..." ujarnya kaku.