[RP] Hunt!

OOC:

* OPEN FOR ALL xD Yang mau masuk silahkan sajah :3
* RPpertamasayajadimohonbantuannya
* Setting: Siang hari, di daerah perburuan
* Timeline: Setelah Main RP

-----------------------------------------------------

Kaori terlihat mondar-mandir di dataran gersang berhiaskan reruntuhan bangunan. "Ahh, sudah tidak ada lagi yang bisa diburu. Walaupun aku membenci ini, namun hari ini aku mendapat tugas untuk berburu. Sial.."

Groaaaar!

Tampak seekor mutan berupa cacing raksasa yang berukuran dua kali lipat badannya itu muncul begitu saja di hadapannya.

"Kyaaa!!!! Muncul seekor mutan!! Mana bentuknya menjijikan pula!!" teriaknya keras-keras. Ia pun segera mengeluarkan kartu-kartu yang tersimpan di tas pinggangnya. Memilih kartu yang paling tepat, ia pun segera mengambil Sapphire Key-nya.

"Thunder!!"

Sesaat kemudian petir mulai menyetrum mutan itu. "Huff, dapat satu."

Syaaaat.

Apa itu, suara aneh muncul dari balik puing-puing bangunan. Ada apakah disana? Kaori pun menghampiri asal suara itu...

OOte: Ah saya ikutan :3

---------------------------------------

Syuuuut.

"Sonic Boom!!" teriak seorang gadis bertubuh kecil. Panel sihir yang muncul di udara kemudian melancarkan serangan bertubi-tubi terhadap mutan berbentuk macam ular bekepala dua. "Yeah, sudah ada 30 mutan yang sudah dibasmi~" ucapnya sambil bernyanyi-nyanyi riang.

"Are?" Ren pun melihat sesosok gadis yang membawa tongkat aneh, kemudian menghampirinya. Berputar-putar mengelilingi gadis itu, Ren menyadari bahwa ia adalah anggota Tokyo Tower Group, karena jubah hijau yang dikenakannya. "Ah, halo, kakak.. emm.. dari grup menara merah! Sedang apa disini?" tanyanya polos.

OOte: Yeah, adikku ikutan! *plak

--------------------------------

Kaori pun melirik tajam kepada gadis polos yang menghampirinya itu. Sial, anak ini yang membasmi semua mutan di tempat itu, pikirnya. Membuatku tambah repot saja mencari mutan untuk diburu.

Tenang Kaori, tenang. Bukan saatnya untuk mengamuk kepada anak sekecil ini. Pikirannya campur aduk karena kesal mendapat giliran berburu--kini diganggu oleh anak kecil. Tuhan.

"Emmm," Ren menggaruk-garuk kepalanya, memandang ke arah Kaori. "Kakak kok mukanya jadi seram begitu? Kenapa? Ada yang salah?"

Yeah! Tepuk tangan untuk Ren, kau berhasil membuat gadis berkacamata itu semakin MARAH! Hebat sekali, sampai-sampai orang yang baru kau temui saja bisa marah karena kebodohan dan keluguanmu.

Tiba-tiba seekor mutan berbentuk kelabang raksasa muncul di belakang Kaori, siap menyerangnya kapan saja. "Awas, kak!" Ren mendorong Kaori sehingga ia aman dari serangan mutan itu. "Hati-hati lho kak, mutan disini sering menyerang tiba-tiba..."

"Kakak kok mukanya jadi seram begitu? Kenapa? Ada yang salah?"

Aku kesal karena kamu, tau! Makin geram dikatakan begitu oleh Ren. Ya sudahlah, buat apa ngomel-ngomel kepada anak kecil seperti dia.

Lalu kemudian, BRUKKK!
Apa yang terjadi, gadis kecil itu mendorongmu dan kau jatuh ke tanah! Rupanya ada mutan disana, yang datang diam-diam untuk menyerangmu. Makin kesal kamu, Kaori, jatuh karena didorong oleh seorang anak kecil.

"Sudahlah, serahkan mutan ini padaku. Anak kecil diam saja di belakang." ucapnya singkat dengan nada rendah. Kaori kemudian mengambil kartu The Firey dari tas pinggangnya.

"Firey!"

Api kemudian menjalar menuju mutan itu, wajah merah sang Kartu Api mulai membakar hangus mutan itu. "Nah, beres. Tinggal satu lagi dan aku bisa kembali pulang ke menara."

Sementara itu, tanpa disadari oleh Kaori, ada sebuah mutan yang berada persis di belakangnya.

"Hei, awas, dibelakangmu ada mutan lain!" seru Haruki. Sebenarnya ia ingin langsung membasminya saja, tapi sayang sekali, ia tidak bisa menyerang dengan apa-apa. Ia kan tidak punya kemampuan bertarung sama sekali.

Kaori pun refleks menoleh ke belakang. Ternyata benar saja, ada sebuah mutan yang begitu besar dan menakutkan.

Kaori pun bersiap untuk mengeluarkan kartunya, tapi tiba-tiba..

"FIRE EXPLOTION!"

Muncul panel sihir di langit, menyerang mutan itu tanpa ampun. Seorang anak kecil berambut kuning-lah yang menyebutkan mantra itu, membasmi mutan itu.

"Eh.. kakak siapa ya?" tanya anak itu setelah membasmi mutan itu kepada Haruki.

OOte: mbak [?]
Yang diatas sama saja dengan menggerakan karakter orang lain ^^;
Jangan diulangi lagi yah~
Lagipula, sihir api itu bukan elemen sihir Ren lagi~

--------------

"Wah siapa itu?" Ucap Ren sambil menoleh ke arah belakang Kaori. Seorang gadis--well, bukan seorang gadis tepatnya persocon muncul dari belakang Kaori. Berjubah hijau, Ren tahu kalau ia berasal dari kubu musuh.

"Kakak tinggi, deh!" Ren memandang gadis itu perlahan-lahan. "Kakak datang untuk berburu juga?"

Selesai Ren mengucapkan itu, tiba-tiba seekor mutan muncul dari belakang Haruki. Secepat mungkin, Ren melempar pisau sabitnya ke kepala mutan itu dan dengan lincahnya ia mendorong Haruki untuk menjauh sebelum mutan itu ambruk. "Hati-hati kak," ucapnya polos.

--------------

OOte lagih~ : onlen dari hape, maap kalo ada kata2 yang salah... *digebuk

Oke, maaf
Let's play again
---
".."Haruki terdiam. Sepertinya ia betul-betul kaku sekali. Untunglah sebelum mutan itu ambruk tepat di hadapannya, ia sempat menghindar.

"Makasih," kata gadis itu akhirnya kaku. "Aku pergi dulu."

Dan ia pun berlalu.
---
*dasar orang bingung ngisi apaan*

"Aku pergi dulu."

Ren pun menarik tangan Haruki yang pergi begitu saja meninggalkan Kaori dan dirinya. "Hei, tunggu dulu! Kakak disini.. Berarti sedang berburu, bukan? Lagipula kan ada kakak jubah hijau yang berkacamata itu, jadi kakak ada teman!"

Tapi, melihat Haruki yang tidak membawa senjata apa-apa, ia tahu kalau nona Persocon itu bukan tipe petarung seperti dirinya. Well, tetap si Ren bersikeras ingin mengajak Haruki untuk berburu. Kebiasaan lama, harap maklum, semua.

*sret...sret...sret...*

Suara langkah kaki berat dan setengah menyeret terdengar ditengah gurun, diantara bukit-bukit pasir yang menjulang. Kaki kanannya terluka karena serangan seekor monster yang bersembunyi didalam tanah.

Allan, kepanasan, dan dengan wajah datar seakan bosan, menyeret kakinya melewati teriknya matahari di gurun itu.

Dan kini didepannya, tampak ada sekumpulan orang yang tengah bertarung dengan mutan.

"Aih aih."