[RP]Municipal: When Your Leader was Sick?

Walau Nanase memaksa, dan nampaknya Rolly tidak kuasa melawan apa yang anak itu katakan, tapi ia tetap menahan diri dengan bertanya-tanya sesuatu yang tidak penting agar mereka tidak kembali ke ruangannya terlebih dahulu.

Terlalu banyak beristirahat kerap membuatnya merasa seperti orang sakit.

"Dia memang sendiri, tapi bagaimana kalau tiba-tiba menculik vampire buruannya?" lagi-lagi sebuah pertanyaan.

Setelah memaksakan untuk pindah tempat ke ruangan Rolly, dia pun menanyakan hal yang aneh-aneh sehingga agak terganggu untuk menuju tempat itu

Keluar lagi pertanyaan dari Rolly. .

" maksudmu antara Nanase dan adikku atau Marion ? " sambil menatap vampire hunter itu sangat sinis. Sepertinya pertanyaan itu membuat Nanase terpancing untuk menyerang orang tokyo tower itu. Tetapi sepertinya tidak, karena dia bersama Rolly yang sedang kondisi tidak bagus dan gadis itu tidak akan sembarangan mengambil langkah.

Rolly memandang Nanase yang penuh tanya, "Hm... ya siapa saja bisa. Maksudku bisa siapa saja kan yang diculiknya," jawabnya masih dengan urutan kata yang berantakan.

Kemudian ia memperhatikan sang tamu, "Ah ya sudah lah... lagipula nampaknya Nona ini baik juga," lalu ia memperlihatkan buket bunga yang diterimanya pada Nanase, "Lihat, ia membawa bunga... ng, sebenarnya ini untuk apa ya?" lanjutnya lagi. Masih linglung.

Dilihat dari sisi mana pun sang leader municipal ini tidak mau di bawa ke ruangannya. Entah kenapa dari tadi hanya mengeluarkan sebuah pertanyaan yang membuat Nanase terpancing mengawasi sang vice leader tokyo tower itu. " jika dia ingin memburu Natsuki, aku akan langsung bunuh dia" sambil berbisik-bisik karena terpancing oleh omongan Rolly.

" dia seperti nya ingin menjengukmu. Bunga ini untukmu yang sedang sakit ini" Nanase menyadari sejak tadi dia hanya menjawab pertanyaan Rolly seperti halnya robot atau komputer pintar. Yah, biarkanlah. Sang Leader kita sedang sakit wajar bersikap seperti ini. Untung gadis ini tidak sedang dalam bad mood.

Rolly tercengang, sedikit sadar... "Hah, bunga untuk menjenguk? Sejak kapan orang sakit butuh bunga?" ia berkata lagi-lagi dengan nada merendahkan. "Bukannya orang sakit itu butuh obat?" kemudian memberikan buket bunga itu pada Nanase.

Ia lalu berjalan, mencari tempat untuk diduduki di ruangan itu sambil terus mengomel, "Haaah, lagipula kenapa membawa bunga, bukan makanan atau sesuatu yang bisa menambah energi..." dan kebiasaannya terulang. Kebiasaan mengkritik sesuatu, bahkan yang harusnya baik untuknya.

"Hah, apa? Hadiah? ... Memangnya siapa yang ulang tahun?" lagi-lagi sebuah takjub yang justru kekonyolan yang dibencinya.

Sakurano swt, dan tak kalah takjub mendengar perkataan Leader ini berbeda dari biasanya yang ketus.

Setelah memaksakan untuk pindah tempat ke ruangan Rolly, dia pun menanyakan hal yang aneh-aneh sehingga agak terganggu untuk menuju tempat itu

Keluar lagi pertanyaan dari Rolly. .

" maksudmu antara Nanase dan adikku atau Marion ? " sambil menatap vampire hunter itu sangat sinis. Sepertinya pertanyaan itu membuat Nanase terpancing untuk menyerang orang tokyo tower itu. Tetapi sepertinya tidak, karena dia bersama Rolly yang sedang kondisi tidak bagus dan gadis itu tidak akan sembarangan mengambil langkah.

Sakurano diam-diam sudah memegang pistolnya dari awal.
"Yah meskipun aku vampire hunter. Bukan karena aku benci pada makhluk itu. Kalau dibilang benci sih...hmm... banyak orang lain dari grup kami yang lebih membencinya. Yah aku juga kurang ingat sih~~" ia menggaruk kepalanya polos mencoba mengingat.

Rolly tercengang, sedikit sadar... "Hah, bunga untuk menjenguk? Sejak kapan orang sakit butuh bunga?" ia berkata lagi-lagi dengan nada merendahkan. "Bukannya orang sakit itu butuh obat?" kemudian memberikan buket bunga itu pada Nanase.

Ia lalu berjalan, mencari tempat untuk diduduki di ruangan itu sambil terus mengomel, "Haaah, lagipula kenapa membawa bunga, bukan makanan atau sesuatu yang bisa menambah energi..." dan kebiasaannya terulang. Kebiasaan mengkritik sesuatu, bahkan yang harusnya baik untuknya.

Sakurano mulai geram mendengarnya.
"Maaf ya, Tuan yang terhormat. Aku juga tau kalo orang sakit butuh makanan yang manis-manis" ia merepon sambil berkacak pinggang "Dan lagi, aku itu lebih mudah menemukan toko coklat ketimbang apotek di kota ini" sambungnya. Yah, Sakurano memang maniak soal coklat dan es krim, bahkan jika tokonya hanya ada 1 di kota ini, ia malah tak memperhatikan apotek yang ada 3 ataupun lebih di wilayahnya karena bau apotek mengingatkannya akan darah dan hal-hal sejenis.

"ah-- Kau ini. Setidaknya kau menghargai sedikit. Tetapi betul juga mengapa dia tak membawa obat. Dan sekarang coklat? " sambil mendekati Rolly yang sikapnya sedang uring-uringan tidak menentu itu dan melirikkan matanya kepada Sakurano.

Sepertinya Nanase sedang memojokkan vice leader yang satu ini. Mungkin karena jobnya sebagai vampire hunter, nona ini menjadi ingin memojokkan Sakurano. Well, sifat biasanya keluar kembali.

" ya sudah duduk saja kau di sana. jangan banyak bergerak dahulu" sambil ikut duduk di ruangan itu. Nona vampire ini pun duduk dengan tenang sambil memperhatikan Vampire Hunter itu.

Mendengar kata-kata Sakurano tentang coklat... kemudian Rolly terdiam, ia melihat bungkusan yang kini ada di tangan Nanase. Nampaknya bungkusan itu memang benar-benar coklat... tahu saja tamu ini tentang kelemahan ketua tetangganya, makanan manis.

Dengan gerakan secepat kilat yang tidak biasanya ia lalu merebut kembali bungkusan itu. "Berikan bungkusan itu!" ucapnya cepat.

Rolly memperhatikan isi bungkusannya, lalu melirik Sakurano dengan tatapan curiga. "Kau tidak bermaksud meracuniku kan?" tanyanya kemudian.

Saat memegang bungkusan coklat itu Rolly pun langsung mengambilnya. Gadis ini baru menyadari dia paling suka makanan yang manis. Jadi tidak aneh jika dia menerima coklat itu walau dari orang luar.

" sepertinya tidak. Coba saja." sambil menghela napas karena capek dengan kelakuan Rolly yang aneh gara-gara sedang demam.

Rolly kembali melirik Nanase... "Kau mau aku mati ya?" ucapnya tajam. "Bagaimana kalau coklat ini ternyata mengandung racun. Tadi kau sendiri kan yang bilang kalau dia ini berasal dari kelompok lawan?" ucapnya tiada berhenti bicara.

Kemudian terdiam... terpikir akan sesuatu, "Bagaimana kalau kau duluan yang makan?" Rolly memberikan bungkusan coklat itu pada Nanase, ditambah dengan lirikan tajam. "Kurasa kelompok kita tidak akan bermasalah kalau harus kehilangan satu Vice Leader," ucapnya, agak keterlaluan.

" coklat makanan kesukaanmu bukan? makan saja. Aku tidak bermaksud berkata seperti itu. " sambil melirikkan mata kembali kepada Rolly dengan tajam. Agak sedikti kesal dengan tingkah lakunya, tetapi bersabar itu lebih baik di lakukannya.

"hm-- jika kamu mau kehilangan coklat ini. Saya memiliki kekuatan penyembuh." lalu dia makan coklat itu. Hm-- sepertinya tidak terjadi apa-apa dengan coklat itu dan langsung mengasihkan kepada leader itu. Sebenarnya hanya sepotong kecil Nanase makan. Karena itu makanan kesukaann Rolly, dia tidak tega memakan semuanya.

Rolly sedikit tercengang dengan kelakuan Nanase, ia lupa kalau vampire memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri. Sebelum coklat itu habis... "Heeei... siapa yang menyuruhmu menghabiskan semuanya?!" ia lalu merebut coklat yang hanya tersisa seperdelapannya itu.

Melihat coklatnya yang hampir habis, Rolly kemudian memincingkan mata... melirik Nanase dengan tajam. "Kau harus menggantinya..." ucapnya dengan nada menyeramkan, "Pokoknya harus kau harus menggantinya!!" tambahnya dengan nada bicara semakin meninggi.

Ironis, sangat kekanak-kanakan.

Hm-- sepertinya Rolly tidak melihat dengan benar coklat itu. Nanase hanya memakannya dengan memakan sepotongan kecil coklat itu. Mungkin karena makanan yang dia sukai di makan orang sehingga dia melihatnya seperti termakan setengahnya atau lebih. Sekarang ini sudah menyangkut dengan makanannya Rolly bersikap kekanak-kanakan.

" Lihat baik-baik. Hanya sedikit, jika kau ingin dibelikan lagi. Beli saja sana jangan menyuruh ku." sambil melirik tajam karena perkataan Rolly sangat mengesalkan hatinya. Dia hanya memakannya sedikit tetapi bagi Rolly itu banyak. " Jika mau kita sekarang beli saja coklat supaya kau cepat sembuh!" sambil menghela nafas kembali.

"Aku tidak suka makanan bekas..." tukas Rolly cepat... ia memang seseorang yang sedikit atau mungkin sangat royal. "Lagipula membantu ketua itu adalah tugas wakilnya kan? Sekarang bantu aku untuk membeli yang baru..." ia memerintah lagi.

Namun ternyata Nanase hanya terdiam, "Ayo sana beli... atau cari kemanapun!" sekali lagi suaranya meninggi... tapi tidak sampai sedetik kemudian Rolly lalu terdiam. Pening di kepalanya terasa lagi... ia hanya menunduk sambil memegangi kepalanya.

" berhenti!! Nanase hanya memakan sedikit saja kenpa kau tidak mau?! kekanak-kanakkan sekali" sikap angkuh keluar saat Rolly meninggi kan suaranya pada saat dia menyuruh gadis ini pergi untuk membeli coklat. "atau Nanase beri bubur?" sambil menatap sinis Rolly.

" ayo? mau pergi tidak membeli coklat? " sambil melirik kembali Rolly. Dia tidak ingin hanya karena dia sakit dia ingin seenaknya saja. Harsu dipahami kalau dia sakit, tetapi emnurut Nanase sudah terlalu.

Rolly masih memegangi kepalanya, karena terlalu banyak berbicara -atau lebih tepat dikatakan berteriak- kesehatannya yang kacau semakin terganggu. Apalagi setelah dikatai kekanak-kanakan oleh seorang anak kecil.

"Enak saja, aku tidak kekanak-kanakan. Bukannya kau sendiri yang masih bocah?!" ia menunjuk-nunjuk Nanase dengan jarinya. "Dan lagi... makakan bekas itukan menjijikan," komentarnya cepat.

" Tetapi biarku seorang bocah tetapi aku tidak kekanak-kanakan seperti mu" sambil membalas tunjuk-tunjukkan dari Rolly. Emosi nya semakin naik mendengar bekas gigitannya itu hal yang menjijikan.

Karena marahnya Nanase mencekik leher sang Leader, tetapi Nanase pun melepaskan kembali tangan yang mencekik Rolly. Dia mencoba untuk tidak berbuat seperti itu. Walau mata nya itu sudah berubah menjadi kuning keemasan.

Mata Nanase berubah merah... ini menandakan bahwa Nona vampire itu berada pada puncak emosinya. Untung saja baru mencekik, bagaimana kalau sampai mengeluarkan taring atau cakar panjangnya?

Rolly hanya terbatuk beberapa kali setelah Nanase mencekiknya, walau itu hanya sebuah gertakan dari semburan emosi tapi tetap saja kalau fisiknya yang lemah semakin melemah, sebuah cekikan dari sang Vampire adalah tragedi besar.

"Kau ini apa-apaan sih?!" bentaknya sambil berpaling pada Nanase. Emosinya juga ternyata tidak sedang bagus. Akan tetapi nampaknya Rolly sadar bahwa dia salah, bukan tipe orang yang senang mengakui kesalahan memang, tapi untuk tidak menambah masalah ia hanya terdiam. Memicingkan mata ke arah lain sambil memegangi lehernya.

Bekas cekikan Nanase ternyata lumayan juga.

Setelah kejadian kekanak-kanakan itu keduanya terdiam. Rolly tidak bisa berpikir, ia memang orang yang seperti itu, lebih meninggikan harga dirinya dan hanya bisa memandang rendah apa yang dianggapnya rendah.

Sepertinya Nanase berlebihan sambil mencekik leher Rolly yang sedang sakit itu. Tetapi seharusnya dia harus di kasih pelajaran untuk bisa menyadarkan diri bahwa dia terlalu egois dan salah. Mata yang berwarna kuning keemasan pun kembali seperti biasa berwarna ungu. Itu menunjukkan bahwa dia sudah kembali emosinya.

" Mengingatkan kau supaya tidak berlaga seperti itu lagi. Tuh lihat kau sudah diam kan sekarang?" melihat leher Rolly yang sejak tadi dipegang oleh Rolly. Lalu duduk kembali, dan membuka jubahnya. Sepertinya suasana nya menjadi sunyi karena cekikkan Nanase tadi.

Rolly terdiam, ia benar-benar tidak ingin mengaku salah, tidak ingin harga dirinya jatuh begitu saja. Sifatnya memang benar-benar kekanak-kanakan... dan ini selalu tidak mau diakuinya. Apalagi jika ada seorang anak kecil yang lebih terkesan dewasa.

"Diamlah, jangan sok menggurui..." ucapnya pelan, mengomentari jawaban dari Nanase yang tentu amat memojokkan dirinya.

Pemimpin Municipal Building itu kemudian beranjak berdiri. Berniat menghentikan pertengkaran konyol itu. Akan tetapi baru berjalan beberapa langkah, ia merasa dunia di sekelilingnya berputar-putar, semakin lama semakin cepat... dan "Bruk!!" ia tersungkur kembali di lantai.

Memang tidak bisa hidup sendiri.

Melihat Rolly jatuh lagi pun Nanase kembali berdiri sambil menyimpan jubah yang dia lepas itu.
" aduh, sudah sebaiknya kamu di kamar saja" Sambil membantu Rolly dari jatuhnya. Karena sudah seharusnya dia berada di kamarnya.

" aku bawa ke kamar mu" sambil membawa Rolly ke kamar nya.

"Hng... tidak usah..." Rolly menampik bantuan dari Nanase, ia bangkit sendiri, berjalan sendiri walau agak terhuyung-huyung. Semua itu dilakukan untuk menjaga gengsinya... lagi-lagi orang yang mementingkan harga diri dibanding keselamatannya.

Langkahnya tidak teratur... kadang berbelok ke kiri, ke kanan dab... *Tok!* sekarang Rolly menabrak sebuah tiang penyangga gedung itu. Kemudian berjongkok sambil memegangi kepala batunya.

"Hebat... aku merasa dunia berputar lebih cepat," ucapannya lagi tak benar.

Nanase yang bisa melihat Rolly bersikap mementingkan harga diri pun hanya bisa menghela napas panjang. Gadis ini pun melirik lagi ke arah Rolly yang ternyata sekarang dia menabrak sebuah tiang. Akhirnya vampire ini mengeluarkan helaan napas lagi.

" Setidaknya jika kamu mati, kamu tidak bisa membawa harga dirimu. Stelah sehat kamu boleh mementingkan Harga dirimu." sambil menuntun Rolly kembali ke jalan yang benar. Nanase pun diam saja saya dia berkata seperti itu. Karena sudah tahu Rolly sedang sakit, tetap saja dia bergerak sehingga Nanase diam saja supaya dia mengerti jika dia sedang sakit.

"Setidaknya... kalau aku mati... aku tidak akan meninggalkan nama yang sudah terinjak-injak" tukasnya cepat, nampaknya Rolly bosan terus-terusan diceramahi, apalagi oleh orang yang lebih muda darinya.

Ia selalu sadar bahwa mementingkan harga diri adalah salah, tapi rasa tidak ingin kalahnya mengalahkan perasaan sadarnya itu.

Kemudian mereka kembali ke kamar...

Rolly menjatuhkan diri ke atas kasurnya, merasa nyaman setidaknya sebelum ada yang berkomentar mengenai kelakuannya lagi.

Setelah membawa Rolly ke kamar cukup melelahkan juga mungkin karena tubuh nya yang--kecil--itu-- dia terasa lelah atau mungkin dengan bada Rolly yang cukup tinggi. Sehingga kelawahan membawanya. Nanase pun duduk beristirahat.

" ah~ sampai juga" sambil menarik jubah Nanase yang tadi di lepas. Disana hanya terdiam karena kedua-duanya kelelahan, Rolly yang sedang pusing pun diam saja. Itu lebih cocok di banding dia harus berkata terus yang selalu mengartikannya itu 'mementingkan harga diri'.