[RP] The Meeting [CLOSED]

Rules~

- Timeline sore hari, menjelang petang -- sesudah RPU :3
- Only for Ren dan Louisse~ *pencari partner nih maksudnya~*
- Lokasi sedikit di luar Municipal building

My first roleplay here desu~ Ren bantuin saya yak :3

-------------------------

"Ungg~" sahut Louisse dengan nada kekanak-kanakan, seperti biasa. "Capeknya, padahal belum apa-apa~"

Mengomel, mengomel, mengomel.

Lagi-lagi putri bangsawan ini pun mengomel tanpa ada alasan yang jelas sambil meregangkan badannya yang kecil itu. Tiba-tiba sesuatu terlintas di pikirannya, ia harus sering-sering melatih kekuatan spiritualnya agar ia menjadi lebih kuat dari sebelumnya. Louisse pun memejamkan matanya.

Louisse mengangkat tangan kanannya ke arah reruntuhan yang ukurannya tidak terlalu besar, kemudian ia mencoba menggunakan kekuatan telekinesis-nya untuk mengangkat reruntuhan gedung tersebut.

Sedetik, dua detik. BRUKK! Jatuhlah reruntuhan itu, walaupun dapat terangkat ke udara namun dalam jangka waktu yang sangat singkat.

"Ah, siaaaaaaal!!! Masa' begitu saja tidak bisa diangkat sih???" omelnya lagi. Apakah dia bisa puas tanpa mengomel, hem?

OOte: Ajang pencarian jodoh partner nih?? Boleh x3

------------------------

Sore hari, cuaca mendung seperti biasa. Tak ada kemajuan eh, Tokyo?

Ren menapakkan kakinya keluar dari gedung bekas parlemen Tokyo itu, sambil menenteng kedua bilah pisau kesayangannya yang barusan ia poles sebelum beranjak keluar--siap untuk berburu mutan. Wajahnya yang polos itu kembali menatap Crescent Blade-nya itu berulang-ulang sambil bersiul-siul ria.

BRUUUUK!

Are? Suara apa itu? TIba-tiba saja suara seperti benda jatuh memecah keheningan sore itu, dan sepertinya berasal dari sekitar tempat Ren berpijak. Penasaran, ia pun mengikuti asal suara itu.

Seorang anak kecil, berbaju gaun imut berwarna biru dengan topi yang berwarna sama pula, tampak berdiri tengah mengomel-ngomel terhadap reruntuhan batu yang berada di hadapannya. Tidak pernah melihatnya, Ren? Wajarlah, sebab gadis itu adalah seorang anggota baru yang baru saja bergabung dengan grup Menara Kembar itu.

"Halo dik~ Apa yang sedang kamu lakukan disini? Mengomel-ngomel?" tanyanya polos, dengan spontan.

Tersenyum.

Entah kenapa dalam hati Ren tersenyum. Biasanya ia dipanggil 'adik' namun ternyata ada anggota baru yang ternyata lebih muda darinya. Hore, Ren! Kamu punya teman yang sama-sama masih dalam batas belia!

"Hei, mau ikut kakak hunting tidak?"

"Halo dik~ Apa yang sedang kamu lakukan disini? Mengomel-ngomel?"

Louisse segera menoleh, tanpa pikir panjang. "Hah, kakak berbicara padaku?" menjawab dengan wajah polos, seperti bagaimana rupa Ren saat bertanya padanya. "Aku kesal karena aku tidak dapat mengangkat batu ini! Padahal kelihatannya ringan kok! Louisse kesal!!!"

Mengomel, dan mengomel lagi.

---------------

OOte: Maaf pendek :3

- plak -

^ Nggak apa kok Shina :3

LANJOOOOOT!!! xDDD

----------------------------

"Jadi kamu kesal karena tidak dapat mengangkat batu ini?" tanya Ren kembali. Wajah gadis kecil itu sepertinya akan menjawab 'ya'. "Oke, begini saja. Namamu Louisse, kan? Bagaimana kalau Louisse ikut kakak berburu mutan? Sehabis itu nanti kakak temani mengangkat batu deh~"

Belum semenit sesudah Ren mengucapkan kalimat itu, seekor mutan tiba-tiba muncul dari belakang mereka. Tanpa banyak berpikir, Ren pun dengan spontan melemparkan pisau sabitnya itu ke arah kepala mutan yang berbentuk seperti lipan raksasa itu.

"Aih, rasanya makin lama mutan-mutan ini makin usil deh! Suka muncul tiba-tiba seperti itu!" sahutnya sambil mencabut pisaunya dari kepala mutan yang sudah ambruk itu. "Nee, begaimana? Mau ikut berburu?"

Kebiasaan lama Ren, suka memaksakan kehendaknya.

Berpikir sejenak. Baginya mungkin ini kesempatan yang tepat untuk berlatih kekuatan spiritualnya, namun dilihatnya gadis tomboy yang ditemuinya itu bisa 'dimanfaatkan' sebagai partnernya, mungkin sebagai penyerang? Mungkin saja.

"Baiklah, Louisse akan ikut!" ucapnya sambil tersenyum. Senyum berpura-pura, seperti biasa. "Nee, mau berburu dimana kakak--err--rambut pirang?"

Mengenakan jubah merahnya, Louisse segera bergabung dengan Ren untuk pergi berburu. Yeah, apa yang bisa mereka dapatkan hari ini?

"Kakak, kakak mau kue rasa cokelat?" tanya Louisse sambil merogoh-rogoh sakunya kemudian menyodorkan kue muffin cokelat kepada Ren. "Karena nanti mau berburu, bagaimana kalau kita isi perut sejenak? Setelah itu kita pergi. Bolehkah?"

"Nee, mau berburu dimana kakak--err--rambut pirang?"

"Entahlah," jawab Ren singkat, malas berpanjang-panjang. "Begitu mutannya muncul, langsung dikalahkan saja.. Biasanya sih di dekat perbatasan ada wilayah khusus dimana mutan-mutan itu sering muncul sih, Louisse. Tapi kadangkala mereka juga suka muncul begitu saja seperti barusan."

Sesaat Louisse sedang sibuk mengenakan jubah merahnya, Ren pun melihat keadaan sekitar, barangkali ada mutan yang muncul lagi? Yap--kalau sudah berhubungan dengan berburu, sifatnya mendadak jadi serius, karena biasanya ia tidak bisa serius, benar?

"Kakak, kakak mau kue rasa cokelat?"

Ekspresi Ren mendadak kembali berubah melihat kue muffin cokelat yang disodorkan Louisse; dari serius menjadi kembali heboh dan pecicilan. Seketika matanya membelalak kegirangan melihat kue-kue yang sedang dalam genggaman Louisse tersebut. Tanpa pikir panjang, Ren menyomot kue-kue tersebut dan melahapnya.

"Wah--nyem--ini enak--nyem--loh, Louisse. Lezat!" komentar Ren sambil mengunyah kue tersebut. "Bikin--nyem--sendiri?"

Kebiasaan buruk, jangan ditiru.

"Bikin--nyem--sendiri?"

"Ehh--begitulah~" jawab Isse, melihat kue yang tadinya masih banyak itu habis begitu saja setelah dilahap Ren. "Lalu, tidak usah repot-repot memanggil Louisse, cukup Isse saja yak?"

Isse pun teringat akan sesuatu hal yang menurutnya harus ia ketahui. "Kakak, ngomong-ngomong, nama kakak siapa? Pekerjaan kakak apa? Umur kakak berapa?" Serentetan pertanyaan mulai 'menyerang' Ren yang sedang sibuk menelan kue-kue muffin cokelat yang ia rebut dari Isse.

Mata Isse kemudian menangkap sosok seekor mutan dari kejauhan, berbentuk seperti ular berkepala dua. Wah, ada mangsa baru nih! Menyikut-nyikut Ren, Isse pun menunjuk ke arah mutan itu sambil mengajaknya untuk berburu mutan itu.

"Kakak, ngomong-ngomong, nama kakak siapa? Pekerjaan kakak apa? Umur kakak berapa?"

"Akh--nyem--saya Ren--nyem--umur 13 tahun--nyem--saya seorang Wizard, walaupun--nyem--tidak sehebat mister Artheir Rolly--nyem--sang Leader Municipal Building," jawab Ren sambil mengunyah-ngunyah kue dalam mulutnya yang tadi ia sambar dari tangan Isse, tanpa perduli reaksi gadis kecil berambut blonde itu.

Disikut Isse, Ren pun sadar kalau ada mutan disana, kemudian pikirannya sejenak berubah kearah mutan berupa ular tersebut, melupakan kue-kue yang tadi ia genggam dan kemudian segera menelan sisa kue yang ada dalam mulutnya. YEAH! WAKTUNYA BERBURU!!

Berjingkrak-jingkrak kegirangan, Ren pun dengan gesitnya berlari kearah mutan itu, menarik tangan Isse kuat-kuat agar tidak terlepas saat ia berlari memotong angin. Cepat, tak sampai sepuluh detik Ren pun sudah sampai di hadapan mutan yang terlihat ganas itu, walaupun agaknya membuat penampilannya dan gadis dalam genggamannya itu berantakan tidak karuan. "Baiklah! Aku akan mengalahkan mutan yang ini!"

Shaaaaaa....

Suara desisan ular, yang keluar begitu saja dari mulut mutan raksasa ini. Besarnya sekitar tiga kali lipat dari badan Ren dan Isse, sedikit membuat Ren sweatdropped sebelum memulai 'perburuan-nya'. "Waah, ternyata mutan ini besar juga ya~ Kukira tidak begitu besar karena dilihat dari jauh tadi.." gumamnya sambil sedikit mengigit bibirnya, agak ngeri melihat pandangan mata mutan yang tajam menghujam dirinya.

"Nee, Isse-chan, ada ide?"

Isse pun agak kebingungan dengan apa yang terjadi. Gadis berambut kuning yang sedang ada di hadapannya ini tadi bersikap manis--kemudian serius--lalu kini bertingkah seperti anak kecil. Berpikir sejenak, kelihatannya ada gadis yang sama kekanak-kanakkannya seperti dia. Isse kemudian menepuk-nepuk debu yang ada di roknya, sambil membenarkan topinya yang sedikit miring akibat ditarik oleh Ren tadi. Perfeksionis seperti biasa--eh?

"Nee, Isse-chan, ada ide?"

"Tidak sama sekali, Ren-san," jawabnya sambil mengangkat bahu. Kali ini idenya tak jua muncul, entah kenapa.

"Tidak sama sekali, Ren-san," jawab gadis itu sambil mengangkat bahu.

Ugh. Ren semakin berkeringat dingin. Bukan takut, tapi kesannya merinding... Saking gemetarannya sampai ia tidak kuat melempar pisaunya sendiri.

AAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!! Rasanya kepala Ren sudah mau pecah, bingung harus berbuat apa. Biasanya ia paling heboh bila sudah masalah berburu mutan, tapi entah kenapa hari ini sifatnya jauh berbeda dari sebelumnya. Aneh? Benar sekali.

Heran.

Isse pun mulai ketakutan melihat mutan yang ada dihadapannya. Mengerikan? Jelas. Entah kenapa hal ini kemudian membuatnya mendapatkan ide. Ide yang bagus.

"Ren-san, Isse punya ide!" ucap Isse tiba-tiba, yang pastinya mengejutkan. "Isse akan coba menghentikan ruang lingkup gerakan mutan itu dengan reruntuhan bebatuan yang ada di sekitar sini dengan kekuatan Isse. Nah, saat Isse beri aba-aba, Ren-san langsung saja lempar pisau berbentuk bulan yang Ren-san pegang ke kepala ular berkepala dua ini! Bagaimana?"

Ide yang lumayan, bagaimana pendapat Ren?