[RP]Municipal Factory

Sebuah pusaran api menggeliat di udara, memutari ruangan kemudian berlari menuju ke arahnya... ya pemimpin Municipal ini selalu berpikir tentang serangan yang sama. Api di balas dengan Api.

Begitu api tersebut mendekatinya, Rolly menunduk, membuat telapak tangannya menuliskan sesuatu di atas lantai tempatnya berpijak. "Api dibalas dengan, AIR!" pusaran air muncul dan melingkarinya, sesaat melindunginya dari pusaran api Kishinami.

"Oh... ini belum selesai..." pusaran itu menghilang dan lagi Rolly menuliskan sesuatu dengan ujung jarinya di udara. Mantera sihir yang segera berlari menyelimuti Kishinami, sebuah ledakan di sekitarnya. Ledakan di udara yang mampu menyayat segala di sekitarnya.

Nami bersiul melihat balasan serangan air dari Rolly, tanda kalau ia kagum akan pemikiran sang pemimpin. Begitu ia diselimuti mantera sihir, ia tidak dapat berbuat apa-apa selain menahan ledakan yang keluar dari mantera tersebut. Dalam sekejap, daerah sekitar Kishinami menjadi asap putih tebal.

"...Sudah kuduga..."suaranya terdengar dari balik kepulan asap. Siluetnya makin jelas seiring dengan menipisnya asap tersebut. Ketika asap sudah hilang dari pandangan, tampak sosok sang ninja yang mencoba berjalan ke depan dengan sempoyongan. Pakaiannya compang-camping, warnanya menjadi lebih buram karena terkena ledakan. Beberapa bagian di lengan, wajah, dan leher juga nampak tersayat cukup dalam, mengeluarkan darah segar.

"Sudah kuduga... Aku terlalu sombong,"gumamnya. Ia menarik kembali kedua pedangnya.Matanya memandang tepat ke arah mata Rolly, mengisyaratkan lawannya untuk melakukan hal yang sama.

"Ayo. Kali ini, akan kucoba lebih serius."

"Jadi... nampaknya kau sudah menyerah?" Rolly menjawab isyarat dari Kishinami ia kemudian mengambil tongkat sihirnya yang telah ia lempar ke pinggir ruangan.

"Daripada teknik menggunakan sihir tingkat rendah seperti itu kurasa teknik bergerak cepatmu dan teknik berpedangmu lebih bagus. Ya kan?" ia memberikan komentar sebelum semuanya dimulai.

Kemudian me-release tongkatnya, "Solar!" dan tongkat itu berubah menjadi sebuah pedang.

Sekelebat angin menyapu muka Rolly dengan lembut, sebelum bunyi pedang mendenting di punggungnya. Ujung pedang itu belum mengenai punggung sang pemimpin.

"Kalau kuteruskan, kau sudah mati, Rolly-san,"gumam Kishinami.

Detik berikutnya, terpaan angin terasa kembali ke arah depan Rolly. Kali ini, ujung pedang Kishinami sudah berada tepat di bawah dagu lawannya. Kishinami sudah berada di depannya, merunduk sambil menyilangkan pedangnya--membentuk seperti gunting--yang siap memotong leher sang ketua grup. Jubah sang ninja yang berkelebat karena terkena angin dari sang pemilik menimbulkan bunyi di dalam ruangan itu, yang sekarang menjadi sunyi.

"Nah,"ujarnya lagi, masih dalam suara yang lirih,"Kau sudah mati lagi, Rolly-san."

Sebuah suara...

"Kau menyerang siapa tuan ninja?"

Sebuah ilusi...

Kishinami menyerang ilusi yang dibuatnya. Salah satu kemampuan pedang Solar adalah membuat ilusi sedangkan bentuk satunya lagi mampu menghancurkan ilusi. Strategi sihir, setidaknya ia masih unggul dalam sihir.

"Gerakanmu cepat sekali... kalau ilusi itu tidak ada mungkin aku benar-benar mati." Serangan balasan, Rolly mengayunkan pedang Solarnya ke arah Kishinami. Ia tidak tahu teknik yang bagus, tapi bantuan sihir tetap membuatnya lebih unggul.

"Fhnn..."Kishinami tertawa kecil. Sudah lama ia tidak melihat lawan yang sebegini keras kepalanya,"Hebat, Anda hebat."

Kishinami tidak mengubah posisinya, bahkan setelah ilusi Rolly perlahan mulai menghilang seperti asap. Setidaknya, itulah yang Rolly lihat, sebelum bayangan hitam menyelimuti dirinya dari atas.

"Kalau begitu, yang harus kulakukan adalah menyerang semua ilusimu kan?"gumamnya, sambil mengayunkan pedang di tangan kirinya, sedangkan pedang yang ada di tangan kanannya, tetap ia genggam.

Sebuah ilusi lagi... Kishinami menyerang ilusinya, sesuai ucapan sang ninja.

"Tidak ada gunanya menyerang ilusi!" Rolly yang asli bersembunyi di balik tiap ilusinya bergerak mencoba mencari celah dari tiap serangan yang Kishinami lancarkan.

Sebuah celah terlihat, celah di antara kedua tangan lawannya. Sekali lagi ia mengayunkan pedangnya dari kejauhan membentur tanah dan membuat udara di sekelilingnya membentuk gelombang pusaran angin yang dapat menyayat habis lawannya.

"....Dan tidak ada gunanya menyerang, kalau sudah pasti tidak kena,"gumam Kishinami seraya menghindari gelombang pusaran angin yang dikeluarkan Rolly. Ia berkata begitu, akan tetapi, sebenarnya bagian atas bahunya menyerempet serangan tersebut dan mulai berdenyut-denyut; mulai terasa sakit. Namun sang ninja tampak tidak ambil pusing.

"Nah,"gumam Kishinami yang sudah berada di depan Rolly, untuk yang kesekian kalinya,"Sebuah ilusi tidak dapat disentuh seperti ini, kan?"ia menjatuhkan lutut kanannya tepat di atas kepala Rolly, bersamaan dengan ujung gagang pedangnya.

Sebuah hantaman, jelas dan terasa... sudah tidak mungkin lagi menghindar karena kegesitannya bisa dibilang kurang dibandingkan Kishinami. Benturan itu menghantam kepala batu Rolly, untungnya hanya sedikit luka karena ia dapat menahan sebagiannya lago dengan panel sihir yang dijadikannya sebagai tameng.

"Dasar orang besar!" gumamnya kemudian mendorong Kishinami, melompat menjauhinya.

Setidaknya dalam keadaan tenang ia meraba pelipisnya yang mengucurkan darah. "Hebat juga!"

Nice. Bagus sekali, sesuai dengan perkiraan Nemu tentang kekuatan nona vampir kecil ini. Bukan luka besar memang, sekedar menyisakan goresan pada lengan sang ketua. Nee, padahal Nemu kira semua akan terus berjalan mulus―okay―sebelum akhirnya Rolly melafalkan mantra angin yang membuat Nanase terjungkal keras. My, sangat tidak gentleman.

“Nanaaasee~ Kau masih bisa terus?”, Nemu menyahut dari kejauhan, pada vampir malang yang tengah terkapar di atas tanah itu. Bodoh Nemu. Emang orang yang jadi korbannya masih bisa memaksa saraf otak mereka untuk berbica? Tentu tidak. Tanpa menunggu jawaban, ia kembali melancarkan mantra pengendalian tubuh lagi.

Sakit, iya, terhempas angin―dan menimbulkan memar-memar biru di kaki. Kertas mantra lusuh yang menjuntai di punggung Nanase masih tertempel erat. Wah, jangan remehkan Onmyouji, yes? Dengan pikiran Nemu, tubuh vampir kecil itu beranjak berdiri. Pupil mata yang makin mengecil―memancarkan sorot emas tajam―khas kaum penghisap darah. Tadi serangan lewat cakaran kuku, sekarang... taring. Gerakannya hampir sama dengan yang tadi―rite―tapi mungkin akan lebih sulit ditanggapi karena Rolly memusatkan konsentrasinya pada Tuan Ninja yang itu.

Bak membelah angin―tarian vampir―menyelip kebelakang lawannya, lantas menyentuh pundak mereka―cuma dramatisir.
“Nanase akan menggigit, sampai mati“, ujar Nanase. Gadis itu pasti tahu, kalimat tadi bukan keluar dari hatinya. Yeap. Nemu memaksa otak Nanase untuk memberi rangsang pada otot rahang supaya bergerak, merangkai kata-kata. Dan bersiaplah, tegangan perintah pada rahang bukan untuk bicara saja, melainkan supaya bisa terkatup lebih cepat kebawah.

Ini dia, Rolly. Senjata klasik para vampir. Kau mau tahu apa? Taring. Itu dia datang! Satu gigitan mendarat dilehermu.

Masih sibuk akibat tumbukkan dengan Kishinami kini Rolly benar-benar tidak sadar bahwa ada Vampire kecil yang merapat padanya dan menyarangkan taring di lehernya.

Oh. Hebat, langsung pada adegan klimaks.

"Berani-beraninya!" dan akhirnya Rolly sadar bahwa vampire kecil itu sedang asik menikmati dirinya sebagai makanan. Tanpa berpikir siapa Nanase ia lalu memberikan semacam panel sihir menggunakan tangan untuk mendorong kepala Nanase. Setidaknya walau gigitan itu memberi bekas luka di lehernya, tapi sang vampire kembali terhempas. Kali ini hempasan yang cukup fatal. Untung saja vampire dapat menyembuhkan diri sendiri.

Latihan? Apa sebuah pertarungan? Yup-- pertarungan yang melupakan dengan peraturan-peraturan yang ada. Setelah menyerang sang Leader kita, sang nona kecil ini terhempas terkena serangan angin yang dikeluarkannya. Wah, cukup hebat serangan itu sampai bisa melempar nona ini. Tenang-- luka yang dibuat oleh tuan itu tidak membuat vampire ini tidak bisa bergerak karena dia mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan diri sendiri.

Sekarang 'orang tua' menanyakan keadaanya baik-baik saja? Setidaknya bisa merasa sakit karena terkena serangan. Hanya mengendalikan gadis kecil ini sebagai boneka dan tidak merasa sakit itulah yang kau lakukan. Oh-- ternyata dia pun merasakannya, sakit yang terjadi dengan gadis itu. Tanpa berkata apapun sang onmyouji langsung menggerakkan kembali tubuh yang tertempel erat kertas mantra miliknya.

Mata yang kuning keemasan itu pun terbawa emosi memancarkan sebuah tatapan yang mengincar mangsanya. Cakar yang dikeluarkan pun sepertinya akan terganti dengan cara--ala--kaum--vampire yaitu memakai taring. Taring yang begitu tajam sehingga bekas gigitan itu sangatlah dalam dan menyakitkan. Mulut pun Nemu gerakan dan membuat sebuah kalimat yang mengertak Leader itu. Karena sudah dikendalikan, taring itu menuju leher Rolly.

Hm-- darah yang menarik. Darah sang ketua Municipal ini cukup 'enak'--menarik tidak seperti darah manusia yang menyebalkan lainnya. Jika hati busuk tentu saja darahnya pun busuk. Lagi-lagi mendapatkan sebuah serangan dari Rolly kepada Nanase yang sedang mengigitnya. GIgitan itu bisa membuat orang menjadi lemah walau hanya sesaat. Tergantung luka dan darah bisa stabil kembali.

" uhuk.. " serangannya membuat little vampire ini menjadi terdesak. Tetapi luka apapun Nanase bisa pulih kembali. Sehingga walau terkena serangan yang cukup hebat tetapi itu hanya membuat sakit sesaat.

Hebat... setidaknya gigitan dari seorang Vampire berdarah murni adalah gigitan yang cukup kuat dan agak berbahaya bagi pemilik stamina rendah seperti Rolly. Baru saja menghempaskan Nanase, ia sudah oleng hampir terjatuh jika tidak ditahan oleh pedang Solar-nya.

"Hebat juga..." ucapnya pendek, masih sibuk dengan kepalanya yang mendadak sakit akibat gigitan tersebut sambil memegangi bekas gigitan di lehernya.

Ia berdiri di tengah, di antara orang-orang yang siap memangsanya.