[RP] Himeta's Boutique

"er... Entahlah... Aku hanya mereaksikan kedua potion itu dengan cara titrasi sampai kedua potion itu mencapai titik kesetimbangan. Metoda itu kulakukan untuk menawarkan racun yang bahannya tidak diketahui sekalipun." kazune menjelaskan.

"oh, tidak, rienne jangan bilang aku salah buat?" ini hal yang paling menakutkan bagi kazune. Gagal. Dia jadi cemas sekarang.

oot: ea keluar bahasa kimianya.

"oh, cara itu.." katanya. dia melirik tamaki yang pingsan, atau tertidur, atau apapun itu. entah sekarang dia sedang sadar atau tidak.

"kurasa cara itu tidak salah. tapi aku takut kalau ada yang kurang." katanya. inilah kecemasannya. ada yang kurang. mungkin kalau ada yang kurang bisa saja racun itu tetap menjalar. "mungkin harusnya penawarmu digabungkan dengan white toxic, sehingga lebih cepat bereaksi." usulnya.

namun semua telah terlambat.

"Itu? aku... sepertinya mencampurkannya dengan kadar yang sangat sedikit sekali." Kazune mulai cemas sekarang. "Kalau sudah begini apa yang harus kita lakukan?"

Kazune duduk di salah satu kursi lalu memegangi kepalanya. Dia merasa agak frustasi sekarang karena obat buatannya tidak diketahui keampuhannya. Dia semakin takut malah mencabut nyawa Tamaki.

"Rienne, tolong bacalah buku itu sekali lagi. Cermati setiap kata. Aku sekarang sedang tidak bisa berkonsentrasi." Kazune terlihat frustasi. Ditambah lagi konsentrasinya buyar karena tangan kanannya berdenyut-denyut, tidak sakit, hanya berdenyut-denyut.

Sekelilingnya gelap.

Saat ini Tama sedang berada di suatu tempat yang sangat gelap. Ia tidak tahu ada dimana dirinya sekarang. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri, tak berujung, hanya kegelapan. Kepalanya sedikit pusing. Ia kemudian berlari.

"Dimana aku...?" tanyanya heran.

Ia terus berlari dan berlari untuk mencari ujung dari tempat itu. Sebenarnya ia merasa takut dan asing. Namun ia tekan rasa takut dan tekadnya untuk mencari jalan keluar dari tempat ini. Ia terus berlari dan berlari, hingga tiba-tiba...

"Tama nii-san! Tama nii-san..." suara yang jernih nan halus bergema di sekelilingnya. Ia merasa familiar dengan suara seperti anak perempuan kecil itu. Dan akhirnya ia menemukan dari siapa suara itu berasal. Matanya terbelalak. Itu adik perempuannya!

"Hikari-chan... kenapa?" tanyanya heran.

Anak perempuan itu melambai-lambaikan tangannya pada Tama. Dengan wajahnya yang cantik dan polos, ia memanggil nama kakak laki-lakinya.

"Nii-san! Ayo kesini! Ayah dan ibu menunggu nii-san lho!" seru Hikari dengan riang.

Hati Tama terenyuh. Ia berjalan ragu-ragu mendekati adik perempuannya. Tubuhnya gemetaran. Sesuatu yang kuat mendorongnya mendekati Hikari. Apa yang akan terjadi nanti??

____________________

OOT: Lebay desu!

akhirnya setelah internet saia dicabut ayah saya karena ujian, ol lagi deh~~ maaf ya semuaaa~ ngga ada yang kangen nih?? *digampar*

-------------------------------------------

Himeta berusaha menenangkan dirinya yang sebenarnya amat sangat cemas dengan kondisi Tamaki. Tak berapa lama Kazune-pun datang dan segera memaksa Tamaki untuk meminum ramuan penyembuh yang dibuatnya. Himeta hanya bisa pasrah sembari berharap.

Tampaknya masalah tak hanya sampai disini, Kazune dan Rienne mulai mempermasalahkan bahan-bahan dalam ramuan itu.

Aah... Himeta benar-benar tidak tahu apa-apa mengenai ramuan...

Himeta hanya duduk terdiam disisi Tamaki. Hari yang dipikirnya akan sangat membahagiakannya ternyata malah berputar kondisi 360 derajat.

"Tama... kuatkanlah dirimu...", bisinya pelan...

-----------------
bingung mau bales gimana -_-

oot: saya~ saya kangen!!!

_____________________________

Ketika Tama akan berjalan menuju adik perempuan yang kini sedang melambai-lambaikan tangan mungilnya padanya, sayup-sayup terdengar sebuah suara yang sudah tidak asing lagi. Suara itu sungguh lembut, dan bersumber dari arah punggungnya. Ia menghentikan langkahnya ketika mendengar suara itu.

"Tama... kuatkanlah dirimu..."

Kemudian ia melihat sebuah cahaya, sumber suara itu semakin terdengar jelas. Itu suara Himeta. Ia terdiam sejenak, menundukkan kepalanya, dan kembali menengadah.

"Maaf Hikari, tapi aku harus kembali... Himeta membutuhkanku..."

Tama pun lalu segera mendekati sumber cahaya itu, meninggalkan sosok Hikari yang tersenyum sejenak, dan menghilang. Cahaya itu semakin besar.

...

...

Perlahan Tama membuka matanya. Awalnya terasa silau. Pikirannya kosong. Ia kemudian melihat sosok Himeta, Kazune, dan Rienne secara samar-samar. Sadar akan realita, ia pun membangkitkan dirinya dan duduk.

"Apa yang terjadi...?"

"tamaki! Apa kau baik-baik saja?" kazune langsung menghampiri tama dan mengecek keadaannya. "syukurlah kamu sadar." kazune menghela nafas.

lalu pertanyaan muncul.
"apa efeknya hilang? Apa obatku manjur? Efek sampingnya?"

"tamaki! Apa kau baik-baik saja?" kazune langsung menghampiri tama dan mengecek keadaannya. "syukurlah kamu sadar." kazune menghela nafas.

lalu pertanyaan muncul.
"apa efeknya hilang? Apa obatku manjur? Efek sampingnya?"

Tama agak sedikit kebingungan dan kaget karena Kazune tiba-tiba menghampirinya. Kazune juga bertanya tentang efek, obat, manjur, dan sesuatu semacam itu. Tama terdiam sejenak. Ia berusaha mencerna kata-kata Kazune padanya itu.

"Apa maksud anda? Efek apa?"

Ia kemudian melihat ke sekelilingnya. Merasa heran. Ia kemudian melihat tubuhnya sendiri, memegang dadanya, karena agak sedikit ngilu. Ia merasa aneh pada dirinya sendiri, karena mendapati dirinya tadi sedang tertidur di sofa.

"Kenapa saya tadi tertidur disini?"

Ia terdiam sejenak, melihat ke sekelilingnya. Terdapat berbagai macam baju, celana, dan aksesori lainnya. Butik Himeta.

"Kenapa saya berada di tempat ini?"

oot: efek samping, tama lupa sama seluruh kejadian hari ini.

oot: *liat efek samping* hah?!

-----

Himeta tertegun sebentar melihat Tamaki yang terbangun. Ia merasa begitu lega.

"Tamaki... kau... syukurlah.." Himeta berbicara dengan terbata-bata. Sesungguhnya ia merasa amat bersyukur Tamaki masih dapat membuka matanya *halah*.

"Kazune, terima kasih" Himeta membungkuk sopan kepada Kazune.

-----
*apalah ini*

Tama melihat ke arah Himeta sejenak, tertegun dan kebingungan. Ia tidak mengerti makna dari kata-kata yang diucapkan Himeta. Ia melihat mata Himeta yang terbata-bata. Ia sungguh tidak mengerti apa yang sedang terjadi disini.

"Apa... maksud anda? Himeta-san?"

Lalu ia juga menatap Kazune dengan tatapan yang sama.

"Kazune-san... sebenarnya... ada apa?

______________

OOT: yah, biar rame aja! jadi adegan nembaknya itu terlupakan. hhahaha.
bikin rusuh! tama mau nembak lagi??!

"hee? Kamu tidak tahu? Padahal kamu tadi terkena racun yang parah. Membuat panik semua orang, khususnya himeta. Lalu aku membuatkan sebuah ramuan penetral. Dan sadarlah dikau." ujar kazune panjang lebar.

"kalau kamu sudah tidak apa-apa, aku minta nilai tukar yang setimpal ya..." kazune tersenyum lebar. Jarang-jarang jiwa witchnya bangkit.

oot: hei, mata itu berkaca-kaca, bukan terbata.

"hee? Kamu tidak tahu? Padahal kamu tadi terkena racun yang parah. Membuat panik semua orang, khususnya himeta. Lalu aku membuatkan sebuah ramuan penetral. Dan sadarlah dikau." ujar kazune panjang lebar.

"kalau kamu sudah tidak apa-apa, aku minta nilai tukar yang setimpal ya..." kazune tersenyum lebar. Jarang-jarang jiwa witchnya bangkit.

oot: hei, mata itu berkaca-kaca, bukan terbata.

OOT: eh? aku ngetik 'berbicara dengan terbata-bata' kok...

-----

Merasa ada yang tidak beres, Himeta mencubit pipi Tamaki, "Kamu ingat siapa aku dan yang lainnya, tapi jangan bilang kalau kau kehilangan ingatan tentang hari ini, Tama..." tanya Himeta, serius.

-----
aduh, balesnya pendek melulu ya? otak saia lagi blank.. -_-

Tama hanya menatap Kazune dengan masih terheran-heran setelah mendengar jawaban vice leader itu. Terkena racun?

"Apa maksud anda terkena racun? Memangnya apa yang terjadi hingga saya terkena racun?" tanyanya bingung.

Kemudian Himeta mencubit pipinya. Mukanya sedikit berubah menjadi pink.

"Memangnya apa yang terjadi hari ini? Himeta-san? Saya benar-benar tak ingat!" serunya sambil memegang kepalanya yang sedikit pusing.

"Yang lebih penting, kenapa saya sekarang tiba-tiba berada di butik anda Himeta-san?

OOT: yah..tertinggal.. =.=

rienne berdiri mendekati kazune. "kau kasih apa tamaki? jangan bilang ada efek sampingnya?"
tanya rienne. merasa ada yang tidak beres lagi, dia mendekati tamaki dan menyentuh kening tamaki. "nah....ada apa denganmu?"

terdiam sejenak, rienne menganalisis keadaan tamaki. "loh? kok? kazune, apa yang kau berikan padanya?" tanya rienne lagi. sepertinya ada yang salah dari penawar racun itu.

Mendengar pengakuan Tamaki yang benar-benar tidak tahu apa-apa, Himeta hanya menghela nafas. Hei, dia baru saja ditembak oleh Tamaki dan sekarang dia malah lupa ingatan? Siapa yang tidak depresi? Itulah yang dirasakan Himeta sekarang.

Ia berdiri dan berjalan membelakangi Tamaki, sengaja menyembunyikan wajahnya yang merah, “...Kalau kau memang lupa... apa boleh buat. Ceritanya panjang, bahkan dari sebelum kau terkena racun itu...”

Ia lalu membalikkan badannya dan berkata pada Kazune dan Rienne dengan nada memohon, “...Hei, jangan beritahu apa-apa pada Tamaki, untuk saat ini. Jika kejadian tadi terulang, ia akan merasakan yang namanya 'deja vu' dan pada saat itulah, jelaskan semuanya pada Tamaki...”

Ia terdiam sejenak, “...sudah sore. Sepertinya aku harus menutup butikku. Bagaimana dengan kalian?”