[RP] Municipal UGD

Shuuji terdiam sejenak.

"Aku tak setuju... kehilangan kekuatan sihir... bagiku sama dengan kehilangan nyawa..." serunya. Tampaknya pembicaraan ini mulai berarah menjadi hal yang kurang ia senangi. Ia kemudian kembali membaca.

Tiba-tiba ia kembali teringat sesuatu, "Aku... boleh... berkeliling Municipal?" tanyanya.

"Haah konyol. Itu yang tidak kusuka dari Wizard, lebih mementingkan sihirnya daripada nyawanya." Rolly kembali berkomentar merendahkan, kalau tidak begini ya bukan dia namanya.

Lalu sebuah permintaan dari Shuuji, "Berkeliling, kau kira tempat ini tempat wisata?" ucapnya dengan sedikit tawa. "Boleh, tapi tidak sekarang. Kau harus menunggu temanmu siuman, karena kami tidak mau menjaganya." Lanjutnya tenang.

Pelan-pelan, Rejaku membuka matanya, dia ada di sebuah tempat yang tidak ia ketahui.

"U...uuuuh... aku... dimana...*krek!* aw!" tangan kanan Rejaku rasanya seperti diremukkan dari dalam, entah oleh apa, tapi dia berhasil sadarkan diri, dia mencoba menengok ke kanan, rasanya berat, lehernya bagai dikekang tali yang tidak terlihat.

"U...uh...*hosh...hosh...*" Nafasnya masih terengah, engah, dia merasa kalau dia baru saja kehabisan seluruh staminanya.

"Sakit...ugh!..." Dia mencoba bangun, tapi segel dari Ralph masih membuatnya merasakan sakit. Akhirnya dia terbaring lagi, lemas.

shuuji yang sedang membaca, perhatiannya teralih pada Rejaku. "Kau... akhirnya sadar juga..." serunya.

"Shu...Shuuji... kita... dimana... ugh!" Rejaku memegangi kepalanya kali ini, rasa sakit itu terasa di bagian yang berbeda tiap kali terjadi.

"Kau... tidak apa-apa... kan?" tanyanya sambil menahan sakit. Nafasnya masih terengah-engah.

"Municipal klinik..." serunya.

Ia lalu kembali membaca bukunya. Walaupun sedikit melirik pada Rejaku. "Kau... kenapa?"

"Ini... sudah biasa sebenarnya... tapi kali ini sakit sekali..." jelas Rejaku, dia tidak tahu apakah Shuuji mengerti apa yang dia rasakan atau tidak, tapi rasa sakit masih berdenyut di beberapa bagian tubuhnya.

"Aku tidak tahu apa aku bisa bergerak untuk sekarang... maaf... Shuuji..."

"Begitu..." sahutnya datar.

Ia dapat membayangkan rasa sakit yang dirasakan oleh Rejaku. Karena ia pun sama. Kekuatan sihirnya yang terlalu besar, menekan setiap sel yang ada pada tubuhnya. Tentu saja, rasa sakitnya sungguh luar biasa. Orang biasa mungkin takkan kuat.

Ingin rasanya ia melenyapkan kekuatan sihirnya itu, tetapi hal itu sama saja dengan melenyapkan nyawanya sendiri.

"Tenanglah... Istirahatlah..."

"Ba...baiklah..." Rejaku membaringkan kepalanya lagi, berusaha untuk tidak tertidur, dia berusaha memikirkan sesuatu... Allan... *shiing!*
"Uaa!" sekarang dia memegangi perutnya, kalau dia memikirkan Allan, rasa sakitnya menjalar lagi, walau sekarang sudah tidak lebih sakit dari yang tadi, kelihatannya tubuh Rejaku lama-lama terbiasa dengan rasa sakit seperti ini.

Ah~ ruangan ini dimana tempat pengobatan yang berada di Municipal. DUa orang penyusup itu di bawa ke tempat ini. Sepertinya meeka pun sudah sadar. Nona kecil ini pun hanya bisa berdiri melihat mereka berdua dan sang Leader menanyakan suatu hal dan membicarakan buku.

" Kalian sudah baik? Beristirahat lah. Mungkin jika kalian sudah sehat, kalian bisa lebih menjelaskan kepada orang-orang kenapa kalian menyusup kesini." sambil melirik tajam kepada mereka.

Rejaku terbaring lemas , tubuhnya sangat sulit digerakkan, saat itu Nanase datang.
"Begitu ya... anu... masalah yang tadi... maafkan aku..." kata Rejaku pelan sambil tetap melihat ke langit-langit, dia memejamkan mata sebentar dan menghela nafas.

"Aku... tidak tahu apa bisa beranjak dari tempat ini dalam waktu dekat..."

" hm-- " mendengar kata-kata penyusup itu membuat sang nona ini sakit telinga. Hanya dengan kesakitan seperti itu tidak mau menunjukkan suatu bualan yang mengajak berdamai. Tetap saja dari ke jauhan vampire ini melihat dengan hati-hati gerak-gerik kedua penyusup itu.

" ah~ " lagi-lagi menghela napas.

"Selamat siang~" sapa Kuranpuri seraya masuk ke ruangan. Ia melihat sekeliling, "Ha? kenapa ruangan ini hawanya tidak enak ya~?" Ia tersenyum geli pada dirinya sendiri.

Ia menoleh pada Nanase, satu-satunya orang yang ia kenal di ruangan itu, dan kedua orang lain yang belum pernah ia lihat sebelumnya (rasanya mereka bukan warga municipal ini). Kuri pun tersenyum pada mereka, "Aduh kasihan sekali kalian, kelihatannya tidak enak badan ya? Nah, maukah kalian beritahu namamu, dan mengapa bisa terbaring di sini?"

Rambut hitam dibuat menjadi rusak karena mengejar dua penyusup ini. Lalu putri kecil ini pun langsung merapihkan sang mahkota hitam yang panjang itu. Sudah panjang sampai mengenai lutut tetap saja diurai tidak pernah diikat. Walaupun pernah, itu dipakai saat undangan pertemuan.

TIba-tiba seorang Municipal pun datang--Kuranpuri. " Selamat siang " tersenyum lah sang gadis ini. Dia tersenyum karena Kuranpuri selalu baik terhadapnya, sehingga diapun menjadi baik kepada Kuranpuri.

" Mereka penyusup, yang satu Shuuji dan yang satu lagi Rejaku" sambil menunjuk orang yang disebutkan namanya oleh vampire kecil ini.

"Ah... aku terbaring disini karena... *!* Maaf... ini rahasiaku... tidak ada yang boleh tahu... bahkan teman dekatku sekalipun." Rejaku memilih diam, dia tidak mau ada orang yang tahu kalau dia disegel. Bahkan anggota 3rd District pun tidak boleh tahu. Dia lalu mencoba bangun dengan seluruh tenaganya dan berhasil, walau dia terengah-engah.

"Sepertinya...*hosh* aku sudah lebih baikan...*hosh*..."

"..."

Shuuji hanya terdiam dan terus membaca memerhatikan gerak-gerik para Municipal ini. Semuanya tak ada yang memercayai mereka--yah, apa boleh buat. Sebenarnya sejak tadi ia ingin sekali pergi dari tempat ini. Tapi selama Rejaku masih tidak kuat bergerak, ia dengan terpaksa, harus tinggal disini lebih lama lagi.

Ia melirik Nanase, mata beningnya menatap nanase dengan sedikit tajam. Tampaknya vampire ini susah sekali diajak kompromi.

" debgan keadaan seperti itu kau masih berdiri? berbaring saja dahulu" orang yang menyusahkan saja. Hanya sedikit digertak untuk berdiri dia mencoba untuk benar-benar berdiri. Lagipula jika seperti itu orang-orang akan kurang percaya kalau mereka membawa damai ke sini.

Lagi-lagi ada yang menatap sinis dan tajam ke arah sang vampire kecil ini. Kembali dia pun menatap dengan tajam juga dengan merubah sedikit warna matanya. " .. " hanya terdiam.

Rejaku berjalan pelan kearah Shuuji.
"Tapi... nanti kami menyusahkan kalian lagi...*hosh*lebih baik kami pergi dari tempat ini sebelum *hosh* kami menyusahkan lagi..." Dia berjalan ke kursi disamping Shuuji, lalu duduk.

"Shuuji... ayo, kita pergi... *hosh*aku tidak apa-apa..." nafasnya masih terengah-engah, tapi wajahnya sudah tidak pucat lagi.

Shuuji menoleh pada Rejaku. Ia tidak yakin apakah gadis ini kuat atau tidak untuk berjalan jauh. Kemudian ia segera menutup dan menyimpan kembali bukunya. Ia segera berdiri, menandakan bahwa ia setuju untuk segera pergi dari sini.

Sebenarnya ia sudah muak dengan orang-orang Municipal. Namun ia segera menghilangkan pikiran itu.

Kemudian Shuuji berdiri membelakangi Rejaku, sedikit merunduk dan kedua tangannya berada di belakang.

"Naiklah... biar kita... cepat sampai..." serunya.

Shuuji bermaksud menggendong Rejaku di punggungnya agar mereka bisa cepat tiba di 3rd distric. Entahlah apa Rejaku mengerti maksudnya atau tidak.

=================================================

OOT: Tenang aja, nggak bermaksud lebih... ^^ Rejaku kan milik Allan!

"Uh... Shuuji... tidak apa apa... *hosh*... aku bisa jalan sen... ugh..." Rejaku agak berlutut, rasa sakitnya memang semakin lama semakin hilang, tapi rasanya masih tetap menekan.

"Ah... baiklah... kurasa..." Rejaku naik ke punggung Shuuji dan mempercayakan dirinya pada Shuuji.

---------------------------------

diambil juga gak apa-apa o_O biar rame =w=

OOT: jaah~ masa sih?? (=.=)a

=========================================================

Shuuji kemudian menaikkan Rejaku ke punggungnya dan menggendongnya. Ia menoleh ke beberapa orang Municipal disitu. Menatap mereka sebentar.

"Kami... pulang... kemana jalannya...?" tanyanya.

Ia benar-benar ingin segera pergi dari sini.

Kuri menggeleng pelan. Setengahnya karena ia kecewa pertanyaannya tidak dijawab, setengahnya lagi karena ia tak ingin anak-anak itu pergi hanya karena tempat ini adalah Municipal Building. Tapi ia tetap saja menunjuk ke pintu keluar

"Ke sana, ikuti saja jalannya." kata Kuri pelan. Ia pun menatap Shuuji dengan senyum sendu di matanya, "Kau tahu, kalian dipersilakan ada di sini, tidak ada yang melarang. Lain kali datang lagi ya, aku benar-benar ingin mengenal kalian lebih baik lagi!"

Tama menoleh kepada orang Muni yang memberitahukan mereka jalan. Ia merasa aneh mendengar kata-kata 'dipersilahkan', karena barusan saja ia berdebat sengit dengan Rolly dan Nanase.

Dan barusan orang ini baru saja mengatakan hal yang tabu tersebut.

"Apa... maumu?" tanyanya kaku.

Senyum Kuranpuri merekah, paling tidak kedua orang itu berkenan berhenti sejenak.

"Mauku? berkenalan.~" sahut Kuri ramah, "Namaku Kuranpuri, editor Kadokawa Shoten untuk CLAMS. Rejaku-san dan Shuuji-kun, benar?"

"Kupikir, kalian bisa berada di sini sekarang, pasti bukan karena kebetulan. Semua sudah dituliskan--aku percaya begitu. Jadi maukah kalian berkunjung lagi suatu hari nanti? Paling tidak, ketika nona ini sudah sehat." Kuri menatap Rejaku lembut.

"..."

Shuuji benar-benar menganggap Kuranpuri sebagai orang yang aneh. Tapi hanya Kuranpuri-lah satu-satunya orang municipal yg baik terhadapnya dan Rejaku.

"lalu... Apa yg... Kau bisa?"