[RP] Municipal UGD

"Ter...terima kasih... kami akan datang berkunjung lagi kapan-kapan..." Rejaku bangun, dia melihat Kuranpuri.

"Kuranpuri... kan? Sepertinya cara bicaranya mirip dengan sesuatu... apa ya...?" tapi dia sepertinya tidak bisa menemukannya.

"Ahahah... kurasa aku lupa... maaf ya..."

"Cara bicaraku? Biasa saja kok~" jawabnya cepat.

"Tapi terima kasih, Rejaku-san. Menyadari kebiasaan orang lain itu butuh observasi lho, dan aku senang sekali, Rejaku-san berkenan menyempatkan diri untuk memperhatikan kata-kataku..." Kuri menyentuh pipi gadis itu pelan sambil tersenyum lega, "Kamu betul-betul orang yang baik ya!"

Tiba-tiba Kuranpuri tersentak, ia langsung menarik tangannya. "Ah, maafkan aku! Pasti harusnya kalian sudah harus pulang ke rumah masing-masing ya? Aku tak akan menahan kalian lagi. Hati-hati ya~"

" sebaiknya kalian cepat pergi jika kalian mencari damai di sini " sambil menatap sinis kedua orang itu. Mereka sudah di cap orang yang paling menyulitkan Municipal dan tidak bermaksud damai.

Kuranpuri melambai tenang pada keduanya. Terlepas dari sikap vice-captainnya yang jelas-jelas tidak menyukai tamu-tamu itu, ia tetap melepas kedua anak itu dengan riang, "Jaga diri baik-baik, ya!"

Shuuji memandang balik Nanase dengan sinis. Vampire satu ini benar-benar keras kepala dan memuakkannya.

"..." Ia sedikit terkejut. Gerbang depan!!

Akhirnya dengan panduan dari Kuranpuri, Shuuji dan Rejaku berhasil pulang lewat gerbang depan. Hal ini tentu saja membuat Shuuji tidak kuat, apalagi dengan adanya matahari. Namun ia tetap bertahan hingga sampai di 3rd Distric.

[out]

...

Pembicaraan didominasi oleh Kuranpuri, Nanase, dan para tamu... dan Rolly hanya terdiam melihat obrolan santai mereka, tentu ia jarang mengobrol santai seperti itu.

Sampai... para tamu pergi, ia tidak diberi kesempatan berbicara atau menyanggah apa yang Kuranpuri katakan untuk kembali bertamu. "Kau menyuruh mereka untuk kembali?!" setidaknya ia agak kaget namun tidak bisa memberi sanggahan lain.

"Ah ya, Nona Editor, kenapa kamu tidak membaca pikiran mereka dengan handphone-mu itu, jadi kan kita tidak perlu bersusah payah mencurigai," lanjut sang ketua lagi.

Kuranpuri terlihat agak malu,, tiba-tiba saja ia merasa jendela di sebelah kanannya menjadi sangat menarik, "Eh....anu...itu...low battery~

Ia pun menertawai dirinya sendiri dengan kikuk, namun menjawab kata-kata Rolly dengan memandang orang itu lurus, "Memangnya tidak boleh ya? Maukah kau beri tahu aku alasan mengapa mereka tidak boleh datang lagi?"

"Harusnya begitu kan... kalau ada informasi yang penting sebaiknya segera diberitahukan,"p/color] Rolly berbicara dengan nada datarnya seperti biasa. [color=purple]"Kalau terjadi apa-apa kan bisa menjadi tanggung jawabmu juga," lanjutnya.

"Jadi memangnya kenapa?" tanyanya.

"Iya, maafkan aku..." Kuranpuri menunduk lesu.

Aneh sekali rasanya, dimarahi seorang anak yang lebih cocok jadi keponakanku~, batinnya. Dalam hati Kuri tertawa geli.

"Sebetulnya sih aku hanya penasaran saja, sebagai orang yang sudah lama berada "Tokyo" ini, dan bahkan menjadi pemimpin di sini, mengapa sih kalian begitu bermusuhan? bahkan dengan pihak ketiga yang harusnya tidak ada hubungannya itu dengan Tokyo Tower maupun bangunan ini...."

Mendengar pertanyaan Kuranpuri selanjutnya Rolly hanya terdiam, selama ini ia juga tidak mengerti kenapa harus ada sisi hitam dan putih di tempat ini.

"Hm... sejujurnya aku juga tidak tahu kenapa harus bermusuhan. Ini tradisi lama dan aku sendiri hanya diminta untuk: 'lindungi tempat ini dan kau akan temukan jawaban dari kisah ini,'" ucapnya hanya mengutip kata-kata sang guru yang menetapkannya sebagai Leader.

"Memang konyol, tapi yah jalani saja... lagipula kita memang sedang berebut sumber air kan. Bisa saja pihak ketiga malah ingin mendominasi kedua sumber air yang ada." Sebuah kalimat tambahan.

"Oh, begitu. Sederhana yah~" sahutnya singkat sambil memejamkan mata. Sekilas ia tampak seperti sedang berdoa.

Ketika ia membuka mata, sebuah senyum kecil merekah di wajahnya. "Nah, kalau memang tidak ada lagi yang sakit, aku mohon diri dulu. Aku sudah berjanji pada anak-anak di bagian permukiman, akan menceritakan kisah2 dari CLAMS setelah mereka tidur siang. Permisi Nana, Rolly-ou."


Clamply, [out]

"Ah ya, sangat sederhana sekali..." Rolly menyetujui apa yang Kuranpuri katakan, terlalu konyol bahkan untuknya.

Dan... "Uhm... nampaknya tidak ada yang akan kulakukan lagi di sini," si pemimpin kemudian ikut meninggalkan tempat itu.

[OUT too]

Seorang anak perempuan berambut acak-acakan dengan jubah lusuh memasuki poliklinik Municipal Building yang sedang sepi.

"Permisi... Adakah orang disini??" Ren berjalan menelusuri koridor UGD, sambil menahan luka di tangannya akibat tertusuk potongan besi tumpul yang ada di luar gedung saat ia terjatuh ketika berjalan memasuki gedung. "Ya ampun.. Sepi sekali!"

Ren pun mencoba mencari kotak P3K. Tasnya yang berisi pertolongan pertama itu jatuh entah dimana, yang berarti ia harus mencari sesuatu untuk menutup lukanya yang ada di sekitar poliklinik itu.

"Aduh!" teriaknya. Rupanya luka memar yang disebabkan dari terjatuh tadi semakin parah. "Sial, darah yang keluar banyak sekali......" Tanpa sadar ia mengucapkan kata-kata 'tabu' baginya..
"DARAH??? M-menetes banyak se-sekali..."

Terlalu takut dengan darah cair yang menetes deras, Ren tidak bisa bergerak karena ketakutan. Wajahnya pucat pasi. Poliklinik Municipal kini kosong melompong;tidak ada orang.

"T...Tolong..." Ren gemetaran, hampir meneteskan air mata. "Aku t-takut d-darah... A-aku p-pasti ma-mati... G-guru, s-siapapun.. T-tolong..."

Melawan rasa takutnya, Ren pun duduk di salah satu kursi ruang tunggu poliklinik, berharap agar seseorang menolongnya membalut lukanya.

[in] After Chapter 1
-------------------------------------------------

Pening pening, kepalanya pening sekali... tuan ketua yang terhormat baru saja berkeliling seperti biasa dan menemukan bahwa kepalanya agak sedikit sakit. Belum lagi dengan sedikit luka gores akibat buruan di tangannya. Hanya luka kecil, biarlah tapi kini ia membutuhkan selembar plester atau sesuatu semacam itu.

"Hm..." memasuki ruangan infimary dan menemukan seorang anak? Oh... pastilah ia anggota Municipal juga (tidak mungkin tidak).

Tadinya Rolly hanya berniat sekedar lewat saja, toh buat apa ia mengurusi anak kecil. Namun anak ini (lagi-lagi) menarik perhatiannya karena ia terus mengucap kata-kata seperti tolong... takut... ah...

"Hei, kenapa?" akhirnya membelokkan kaki menuju anak tersebut. Melirik luka di tangannya. Oh ini rupanya, "Hhh~ tenanglah luka sekecil ini tidak akan membuatmu mati kehabisan darah," ucapnya lagi kemudian membungkus luka tersebut dengan jubah merahnya.

Lalu membawa anak tersebut mendekati kotak obat di sudut ruangan yang lain.

"Hahh.. Hahh.." Nafas Ren tidak beraturan. Mungkin karena ia panik, pikirnya ia akan kehabisan darah dan mati begitu saja. Badannya masih gemetaran. Namun setidaknya rembesan darah yang menakutinya kini telah terbungkus oleh sebuah jubah berwarna merah.

"Te-terimakasih telah m-menolongku.. A-Anda b-baik hati sekali.. " tanya Ren terbata-bata sambil tersenyum. "S-sejak kecil a-aku s-sudah takut dengan d-darah.. A-apalagi dengan d-darah yang m-mengalir deras s-seperti t-tadi.. Apakah a-anda m-malaikat p-penolong?"

Setelah mengucapkan itu, tiba-tiba, brukk!! Ren pun pingsan. Mungkin karena terlalu panik sehingga menghabiskan staminanya, atau demam karena kehujanan. Badannya kini terkapar tak berdaya di dekat Rolly.

Saya belum out gyahahah =)) Biarlah~
Kira saja saya udah out lalu in lagi *ditabok*
------------------------------------------


Ah, kembali lagi ketempat ini. Kalau tidak salah--ya, seingatnya--dia kesini dahulu saat dirinya menangkap sang perampok 'air' lalu entah apa asal usulnya tiba-tiba berubah pergi--minggta kali ya?--langsung ke tempat penuh obat-obatan. Ukh, obat itu baunya sangatlah aneh. Tidak cocok untuk penciuman Nanase.

Melihat kondisi Natsuki tidak baik mungkin sebaiknya mencari obat yang cocok untuk adik kembarnya. Hem, berisik disana. Ada siapa? Jangan-jangan suara ketua menyebalkan itu. Ck, dan jika tidak salah terdengar pula seorang perempuan? Eh? Jangan-jangan leader membunuh atau membawa perempuan masuk dengan sembarangan?! Wah, hal yang menarik nih.

Menongolkan dirinya lalu melihat seorang gadis pingsan tepat disebelah Rolly. "Oi, tuh. Kasihan gadis itu. Kau tak tolong? Hem, pacarmu ?" Apa yang kau katakan Nanase, minta dibunuh dengan pemimpinmu? Ah, tinggal lawan saja. Benar?

“Gu-guru, to-tolong…” katanya berulang-ulang dalam keadaan tidak sadar. "Di-dingin..." Rupanya ia terserang demam akibat hujan yang sedang melanda Tokyo saat itu. Badannya menggigil kedinginan, bibirnya memutih, kulitnya pucat, suhu tubuhnya meningkat drastis, nafas dan detak jantungnya tidak beraturan, dan pada saat itu darah yang mengalir dari tangannya masih merembes melalui Jubah milik Rolly.

Ya ampun! Padahal baru memasuki dimensi Tokyo namun keadaannya sudah seperti ini? Ketahanan tubuh Ren memang sangat lemah, namun ia tidak menyadari akan separah ini..

Ah, benar-benar kashian perempuan tergeltak begitu saja disebelah Rolly. Apa dia tidak punya rasa kashian untuk menolongnya? Hem, sudah Nanase rasakan dia memang menyebalkan. Badan gadis itu mengigil kedinginan, eh? Waduh parah. Ada apa ditengah-tengah seperti ini ada juga orang yang tergeletak sakit.

"Kamu, bangun." menyuruh perempuan itu bangun dengan kekuatannya yang tak berdaya. Nanase, kau kejam sekali. Menghela napas panjang tak tega lagi melihat anak perempuan seperti itu. Nanase menggendongnya menuju sebuah tempat tidur. "Huplah, Tenang." gila, berat tahu! Dengan umur Nanase yang masih kecil lalu menggendong perempuan yang sepertinya hanya beda satu tahun dengan dirinya.

ENCOK KALAU BEGINI TERUS.

"Nah, sekarang kau mau minum sesuatu? Obat? HEH, ROLLY! Bantu." Sopan sekali perkataan sang vice leader terhadap Leadernya. Maaf saja ya, tapi kata-kata itu tidak bermaksud untuk mengajak berkelahi.

"Ha-haus," Tiba-tiba kata itu terlontar begitu saja dari mulut Ren yang sedang dalam keadaan tidak sadar. Baiklah, pertolongan pertama untuk orang sakit demam tiba-tiba memang air putih. Tapi dimana mencarinya?

Badan Ren terus menggigil, sepertinya kondisinya mulai parah. Suhu tubuhnya sepertinya lebih panas dibandingkan beberapa menit sebelumnya. Yang jelas, Ren butuh obat penurun panas!

"Kakak malaikat, tolong sembuhkan aku..." Sepertinya Ren sudah benar-benar 'kehilangan kesadaran' dan mulai mengigau. "A-aku b-belum mau m-mati.."

Apa yang akan dilakukan Nanase dan Rolly dalam keadaan seperti ini?

Waduh, ini anak maunya apa? Kok tetap saja badannya menggigil padahal oleh Nanase sudah di angkat ketempat yang lebih enak--yeah, kasur maksudnya. Menyeramkan. Melekatkan tangannya kepada dahi perempuan, wow--panas sekali dia. Kasihan. Adakah disini sebuah es atau semacamnya? Tapi kayaknya tidak ada melihat barang seperti itu jarang sekali di tempat super panas gersang dan banyak lain itu.

Mengambil sebuah minuman, dua gelas ada ditangannya. "Ini kau hauskan?" sambil memberikan minum terhadap perempuan tersebut. "Ini air untuk cuci muka atau terserah kau mau apakan." terhenti mendengar gadis itu berkata malaikat. Tepuk tangan semuanya, Nanase diberi sebutan kakak malaikat! Sungguh mengejutkan sekali. Tersipu-sipu lalu melupakannya lagi karena ini bukan waktunya.

"Akh, kau mengingau. Istirahatlah"

BUSET ini anak keren sekali.

Tak lama kemudian setelah Nanase memberikan minum kepada Ren, kesadarannya sudah mulai kembali normal. Sepertinya tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Mungkin.

Badan Ren berhenti menggigil, mungkin setelah diberikan minum.. Ia pun membuka matanya. "Di-dimana ini?" Rupanya ia tidak ingat kejadian sebelumnya. Tapi tenang, tampaknya bukan amnesia. Yah, setidaknya ia sudah lebih baik. "Kakak siapa? Kenapa aku bisa berada di sini?"

Ren memaksa tubuhnya untuk bangkit dari tempat tidur. "Aduh!" teriaknya sambil memegang tangannya. Sebaiknya ia tidak melihat apa yang terjadi pada lengannya sebelum ia berteriak lebih keras dan kembali pingsan.

Ah, perempuan itu telah bangun. Baguslah, sekarang bisa pergi sambil membawakan obat untuk adik kembarnya yang sedang menunggu sejak tadi. Kasihan Natsuki dilantarkan begitu saja kan? Jika dilantarkan, Nanase tidak cocok untuk menjadi kakak yang baik untuk Natsuki yang sudah membantunya dulu.

"Dimana? Tempat orang yang sakit." menjawab sambil mencari obat yang cocok untuk dibawa ke adiknya. Mendengar perempuan itu berbicara sudah benar sepertinya dia sudah kembali sehat dengan ingatan hilang kenapa dia ada di sini? "Aku? Nanase. Nanase Sumeragi. Sebelah sana sepertinya kau sudah kenal, Rolly. Kamu tadi menggigil" menemukan obatnya lalu berjalan dan melekatkan kembali tangannya ke dahi gadis baru bangun itu.

Sehat.

"Oi, jangan gerak dahulu! Diam! Istirahatlah dulu," sambil membantu lagi anak perempuan itu. "Ah, Rolly. Bantu aku"

"Kakak...malaikat?" ucap Ren dengan tampang sayu. Sepertinya sudah tidak ada masalah lagi dengan badannya, walaupun tampaknya kondisinya belum pulih benar. Hanya saja..

Luka itu.

Benar sekali, kau tahu jika kamu tidak segera membalut luka itu bisa-bisa kamu kembali jatuh pingsan dan tentunya kamu akan kembali merepotkan Nanase dan Rolly. Ren pun mengambil kotak obat yang berada di atas lemari dengan tubuhnya yang mungil. "Kalau aku sembuh.. Aku bisa membantu kakak, benar? Sejak dulu, orang-orang selalu berkorban demi aku. Kakak kandungku pun tewas demi melindungiku. Aku ingin sekali berguna terhadap orang lain.."

Ren melepas jubah tuanya yang compang-camping dan basah terkena hujan. Ia mencoba mengobati lukanya, walaupun menahan rasa takutnya terhadap benda cair yang bernama DARAH.

Sesaat kemudian.

Selesai juga, walaupun tidak rapi, luka itu kini terbalut. Ren melihat ke arah Rolly dan Nanase. "Aku.. ingin mengikuti kalian.. Kalian.. malaikat, bukan?"

OOte: kalau mau dibantuin slow paced dong *ditabok Nanas*
---------------------------------------------------------------------------

Ehm, berkali-kalipun kau meminta bantuan, tuan berwajah datar satu ini tidak akan bergerak. Mengapa? Karena kalian lah yang terus bergerak ke sana-ke mari membuat bingung dan memperunyam keadaan. Hanya luka kecil saja kenapa harus dibesar-besarkan seperti itu dasar wanita.

Setelah untuk yang kesekian kalinya mendengar Nanase meminta tolong akhirnya Rolly membuka hatinya juga. Seakan berkata oke, bersabarlah di sana... pada nona vampire lawannya bertengkar itu.

"Diamlah dasar cerewet," kemudian memerhatikan luka Ren yang telah dibalutnya sendiri. "Ini kau bisa melakukannya," kemudian membenarkan balutan tersebut dengan sihirnya agar lebih rapi.

Selesai kan? "Lain kali tenanglah," ucapnya lagi dengan gaya khasnya. Datar.

OOT: Aha~ Itu karena Cairy-senpai belom nongol~ *dibantai Rolly* sumimasen deshi~ x.x

---------------------

Ah iya, sekarang gadis kecil ini tampaknya sudah tidak bermasalah lagi dengan lengannya. Namun tetap saja, kondisi Ren belum pulih benar. Mengingat apa yang terjadi sebelumnya--Ren jatuh pingsan, digotong ke atas kasur kemudian sadar kembali akibat meminum air pemberian Nanase.

"Ehh umm," ucapnya sambil memakai kembali jubah pemberian gurunya yang lusuh itu. "Kalau boleh tahu, ini dimana?"

Ren melirik ke sekitar, pikirnya bodoh sekali ia menanyakan hal seperti itu. Jelas-jelas tempat itu adalah poliklinik Municipal, melihat banyak sekali peralatan medis di sana-sini, walaupun tidak selengkap rumah sakit yang berada di dimensinya dulu.

"Maaf sudah menanyakan pertanyaan bodoh ya!" sahutnya sambil menimpuk dahinya sendiri. "Saya belum memperkenalkan diri, nama saya Kamaitachi Ren, umur 12 tahun! Ren sudah tahu nama kakak malaikat yang perempuan~ Lalu kakak malaikat yang laki-laki, namanya siapa??"

Well--tanpa sadar ia selalu menyebut Nanase dan Rolly sebagai 'Kakak Malaikat' ..