[RP] the 3rd ordinary

"memangnya hanya dirimu saja yang diperlakukan seperti itu? Aku juga." balas kazune. Kazune mendekati venus lagi dan berkata pelan. "yang sabar ya, mom..."

"yah, si tua genit itu akan datang seperti tadi lagi. Maaf, aku tak bisa mencegahnya karena kekuatan sihirku jauh dari cukup." kazu terlihat sedih sekarang.

... Tunggu, apa tadi yang Kazune katakan, 'Mom'?

Nona... atau Nyonya tepatnya, ini bergidik mendengar panggilan itu. "Si... siapa yang kau panggil dengan sebutan itu?!" agak ngeri, karena ia akhirnya sadar bahwa... jika Kazune adalah anak Ralph itu berarti ia juga adalah anaknya.

"Ehm... maaf ya, aku tidak mau punya anak yang umurnya terpaut 3 tahun dariku," Venus berujar sembari terlintas lagi wajah Ralph yang suka menggodanya. Dan tiba-tiba saja darah mendesir di wajahnya begitu melihat wajah sedih Kazune. ... kenapa mereka benar-benar mirip sih?

... "A... ah, buang muka sedihmu itu! Kalau dia datang, ya biarkan saja kecuali kau merasa risih atau tidak enak soal itu," tiba-tiba saja Venus jadi merasa tidak enak dengan Kazune. "Tapi jangan kira aku akan memulangkanmu, palingan yang bisa kulakukan adalah mengancam si tua genit itu supaya tidak memakai tubuhmu lagi."

"pelankan suaramu!" kazune memarahi venus yang mulai ribut.
"ibuku jauh lebih baik daripada dirimu! Tapi kenyataannya begitu kan? Mau bagaimana lagi? Lagipula ada mischa juga yang merupakan 'ibuku' juga."

"ah! Dia tak mungkin mendengarkan. Dia itu keras kepala dan semaunya." tambah kazune. "lagipula, darahnya mengalir dalam darahku, itu bukan hal mudah."

... "Ung... kau tidak berhak memerintahku!" sifat manjanya keluar, Venus memang tidak suka dihardik kebebasannya, walaupun itu Ralph? "Heeh, baguslah kalau kau sadar... jadi kalau rindu dengan ibumu panggil saja si Mischa itu dengan sebutan mom atau apapun, tidak usah membawa-bawa aku," ucapnya, menegaskan atau ungkapan rasa cemburu?

... Kemudian Venus mengambil nafas, panjang dan kembali terdiam mendengar kilatan hardikan dari Kazune. Bocah ini juga sama keras kepalanya ... "Aku akan membuatnya mendengarkanku!" ucap Venus tegas sambil memukul-mukul meja.

"ya sudah, selamat berjuang nona besar. Dan satu hal, jangan sebut2 ibuku. Oh ya, panggil saja alec alec, ralph memanggilku begitu." kazune pun pergi. Lelah rasanya setelah ralph menggunakan tubuhnya.

kazune terbaring di kamarnya. Iseng, dia membuka lemari pakaian. Yang ada hanya kemeja, setelan jas dan jubah, bukan jubah seperti toto, tapi jubah tak berlengan.
"kok aku merasa ini pakaian ala victorian era ya... Pasti punya vater. Hhh..."

"sepertinya tak ada lagi kazune si baik hati, si penolong lagi sekarang. Ya, setelah aku ada di sini. Aku tak bisa melawan vater. Takkan pernah..."

Theo geleng-geleng kepala melihat Venus yang mengacuhkan pertanyaannya. akhirnya dia lebih memilih diam dan mengambil biolanya dan memanjat ke atap. namun sebelum dia sempat memainkan biolanya..

"sepertinya tak ada lagi kazune si baik hati, si penolong lagi sekarang. Ya, setelah aku ada di sini. Aku tak bisa melawan vater. Takkan pernah..."

Theo tidak jadi memainkan biolanya. dia lebih memilih duduk dan menulis jurnalnya, yang dia bawa di kotak biolanya.

"Rienne, andai saja kau tahu apa yang sebenarnya terjadi." kata Theo lemah. Dia mencoba membuang perasaanya. demi semua orang, demi dunia baru, begitu yang dia pikirkan.

Saat itu Rejaku baru saja datang dari luar, tanpa wajah tersenyum, tapi juga tidak dengan wajah sedih.

Ia, dalam diam, berjalan menuju kamarnya.

Dan selama berjalan, ia terus memikirkan tentang seseorang.

*BLAM* Dan setelah menutup pintu kamarnya, ia terus bergumam sendiri.

"Allan... Allan... Allan..."

ada orang datang..Rejaku?

Theo melihat Rejaku yang datang dengan ekspresi wajah yang sangat kacau. dia menduga-duga apa yang terjadi. namun dia merasakan sesuatu......firasat tidak enak. 'aduh...aku harus segera ke WC..." gumamnya. dia buru-buru melompat turun dan berlari terbirit-birit menuju toilet. namunsaat ia melewati kamar Rejaku, terdengar suara.

'allan....'

"he?" dia bingung dan penasaran. namnun dia harus tetap ke WC.

setelah selesai, dia mengetuk pintu kamar Rejaku. "Rejaku? boleh aku masuk?" tanyanya.