[RP] Skirmish! Battle of the Towers!

Vienne bangun dan langsung berjalan menuju tempat pengambilan nomor. "hmm...allan dapet nomor 4. Kazune nomor 1. Wah...aku dapet nomor berapa ya?" gumam vienne. "ehh?? Artinya kalo dapet nomor 2 lawan kazune, terus kalo dapet nomor 3 lawan allan?"tanya rienne. Rienne berharap semoga vienne tidak melawan kazune. Bisa-bisa kacau hatinyajadinya.

Vienne mengambil undian itu, lalu melihatnya. Dia tidak percaya dengan apa yg dilihatnya. "nomor....dua?". Ternyata skenario terburuk untuk rienne menjadi kenyataan. Sukseslah vienne menjadi lawan kazune di ronde 2 nanti. Vienne speechles juga, dan hanya bisa melambaikan tangan ke kazune dengan senyuman yang mengkhawatirkan.

"Oh... ah..." Kazune juga tidak bisaberkata apa-apa saat Vienne adalah lawannya.

Kazune sendiri bingung harus menggunakan teknik apa agar tidak melukai Rienne. Mungkin dengan menggunakan teknik itu kazune bisa menang tanpa harus menyakiti.

"Tenanglah, aku tidak akan melukaimu..." ujar Kazune pada Vienne sekaligus Rienne.

@himetachi: batang pohon nya doang kok tuh =))

===

Akhirnya setelah lama merenung, Sakurano datang juga ke arena pertandingan itu. Ia memutuskan duduk di bangku depan dan terkejut melihat pertandingan yang akan berlangsung tepat saat itu.

"K-kazune versus Ricchan??!"

"eh? Sekarang? Dengan dia?" tanya kazune saat pertarungan akan dimulai.

"bukankah lebih baik menunggu yang lain tiba? Saku belum mengambil nomor, leroy belum nampak." kazune berdalih agar pertandingannya diundur.

kazune melihat hari sudah siang. Mau tidak mau dia harus memulai pertandingan itu.
"baiklah kalau begitu. Allan, pegang nomor ini dan suruh yang belum mengambil nomor itu untuk mengambilnya secepat mungkin. Vienne, ayo kita mulai." tak lupa kazune menyunggingkan senyumannya.

"Hmm?" ujar Leroy bingung saat diberitahu oleh salah satu panitia bahwa telah dilaksanakan pengundian di aula utama. Dengan menggerutu, Leroy menghabiskan roti kismis nya dengan cepat lalu beranjak menuju ke aula utama.

Sesaat memasuki aula utama, Leroy melihat Kazune, Rienne/Vienne dan Allan telah berada disana dan sepertinya sudah selesai mengundi. Leroy menyapa mereka namun sepertinya Kazune dan Rienne/Vienne terlihat saling memperhatikan dengan khawatir.

Tidak mempermasalahkan masalah itu, Leroy segera mengambil salah satu kertas yang berisikan nomer peserta nya. "Ah, nomer 3..." kata Leroy sambil memperlihatkan nomer ny

"oh... Leroy! Selamat datang!" kazune langsung menghampirinya dengan tampang khawatir." sudah dapat nomor?" kazune bertanya dan ternyata dia melihat no.3.
"ah! Dengan allan... Sepertinya akan seru... Aku dengan rienne..." kazune memandang vienne dengan khawatir.

"ah, sudah dimulai... Doakan aku ya!" kazune berlari menuju arena.

Setelah menyadarkan diri dari shocknya. Vienne langsung menjauh dari kerumunan untuk mengatur strategi. Dia tahu melawan kazune itu tidak mudah. Selain dia pacarnya rienne, dia juga salah satu vice leadernya ToTo grup. Dia membersihkan pedang dan pisau lipatnya dari yasa potion yg tadi digunakannya.

"aduh.. pake apa niih? Lawan pake cara fisik atau ramuan? Kita sama-sama witch! Entah apa yang dibawanya! Argh!!"gerutu vienne sambil mengacak-acak rambutnya karena bingung. "ano...kamu bawa ramuan berapa banyak dan ada berapa botol kecil yang kosong?"tanya rienne. Vienne mengecek sabuknya,"hum...3 botol healing potion sedang, 3 botol kecil yasa potion, 5 botol kecil violet potion, 2 botol kecil sleeping powder, 4 botol kecil white toxic, dan..er...4 botol kecil kosong..kenapa gitu?". Tanpa banyak tanya rienne muncul dan langsung membuat ramuan. 4 botol kecil yang kosong diisi setengahnya dengan violet potion ditambah setetes white toxic. Cairan itu diubah menjadi gas. Jadilah 4 botol kecil deadly violet. 1 botol kecil violet potion dituangkan ke pedang dan pisau lipatnya vienne. Ditambah sedikit white toxic juga. Akhirnya pedang dan pisau lipatnya dilumuri deadly violet.

Vienne melihat pekerjaan rienne dengan takjub. Dia lupa ada cara seperti itu juga. Maklum..vienne ga pinter masalah racun-meracun (?). "ah..iya juga..aku lupa ada deadly violet. Tapi...cuma ada 4 kesempatan..ah..cukup. 1 botol bila terhirup atau masuk pembuluh darahnya kazune..dalam hitungan kelima dia langsung lumpuh! Yeah! Tapi apa dia punya penangkalnya ya?.". Rienne memasukan lagi botol-botol itu ke dalam sabuknya. "kurasa tidak. Penemuan kazune hanya sebatas alat-alat saja. Jarang dia membuat ramuan.". "lagipula dia tidak tau kalau kita punya deadly violet."
vienne muncul lagi dan berjalan ke lapangan. Disana sudah ada leroy, berarti pertandingannya melawan kazune akan dimulai. "kita mulai sekarang?"tanya vienne pada kazune.

"Hai... mohon bantuannya ya...!" Kazune membungkuk hormat lalu langsung mengambil posisi siaga.

Kazune juga langsung menganalisa Vienne. Dia sering sekali melumuri senjatanya dengan racun-racunan, berarti dia sekarang harus menjaga jarak.

Kazune mengawali serangannya. Dia menggunakan tongkatnya untuk menjatuhkan senjata Vienne dan berusaha membuatnya bertarung dengan tangan kosong atau dengan ramuannya. kazune masih menjaga jarak dan mulai menyerang dengan cepat. Dia menyalakan elektrik yang ada di tongkatnya dalam voltase sangat rendah, hanya untuk mengagetkannya saja. Serangannya berhasil, senjata Vienne jatuh, tapi Kazune tidak sempat menjauhkan senjatanya sehingga dengan mudah Vienne mengambilnya kembali dan langsung menyerang Kazune. Kazune merespon dengan lambat pada serangan jarak dekat. ujung pisaunya mengenai Kazune.
"Ukh! ototku langsung lemas..." kazune langsung berlutut dan menahan badannnya yang lemas. tak lama dia berdiri lagi.

"hehehehe... untungnya aku sudah meminum ramuan anti obat tidur dan anti racun yang tidak mematikan. Tapi aku salut juga kalau ramuan itu sangat kuat sehingga penawarku tidak bisa menghilangkan efeknya seratus persen." ujar kazune. Benar, ototnya agak lemas dan ini jelas akan memperlambat langkahnya.

"Heheh... kau denganku, Leroy?" kata Allan sambil tersenyum. Sejak cukup lama ia ingin mengadu Lightsaber itu dengan kedua pedangnya.

"Yah... kita tonton saja kedua orang ini bertarung... fufufu"

================
oh iaa lupa
Bawaan Allan

-Mega Potion 5 buah
-Mega Juice 3 buah (berfungsi membuat stamina bertahan lama)
-Herbal Medicine 3 buah (berfungsi menyembuhkan dan menghilangkan racun)
-5 Flash Bomb (berfungsi membutakan musuh)
-2 Smoke Bomb (berfungsi membuat kabut asap)
-5 Whetstone (pengasah pedang)
-3 Ration (dari daging mutan, kalau kalau lapar ditengah turnamen XD~)

vienne melompat senang karena senjatanya berhasil melukai kazune. "yaay!" katanya sambil melompat mendekati kazune. dia menjatuhkan botol yg berisi gas deadly violet yg seperti botol kosong biasa. *pyar* botol itu pecah. "woops, sepertinya aku menjatuhkan botol.. hati-hati, pecahannya tajam, kazune." kata vienne sambil meloncat menjauhi kazune. 'ramuan itu tak berwarna dan tak berbau, pasti dia tidak sadar, ufufufu' pikir vienne.

melihat kazune bertekuk lutut mencoba melawan efek deadly potion, rienne hanya berharap pertandingan ini berakhir dan cepat-cepat memberikan obat penawarnya pada kazune. sebab, jika racun itu ada di tubuh kazune lebih dari satu setengah jam, maka jantung kazune bisa berhenti karena racun itu mempengaruhi semua saraf otak. "ya ampun..semoga ini cepat berakhir.." gumamnya.

vienne masih dalam posisi siaga menunggu lawannya itu bergerak lagi. setidaknya vienne masih punya 1 menit setelah racun itu terhirup dan kazune akan lumpuh dengan sempurna.

"Nona... sudah kubilangkan kalau aku sudah meminum ramuanku sendiri. Ramuan penetralisir racun... memang masih terasa efeknya... Jangan senang dulu." kazune mulai keras kepala dan tidak mau kalah. Dia tahu kalau dia hanya punya waktu sedikit. Maka Kazune langsung mengambil pecutnya dan memasukkan tongkat itu.

kazune mengarahkan cambuk itu dan mengikat Vienne di bagian badan. Kazune menyalakan listrik bervoltasi kecil untuk membuatnya agak kaget dan lemas.
"maafkan aku..." Kazune merasa khawatir dengan serangannya itu. Tapi, mau bagaimanapun juga dia tidak boleh lengah dan harus mengakhirinya dengan cepat.

Allan yang dahulu setiap hari melawan banyak monster aneh segera memperhatikan di seluruh tempat itu terdapat aura aneh.

"Aura ini...sama dengan gas dari Basarios... racun!" pikir Allan, perlahan tapi pasti, Allan mundur dan melihat ke sekitar, berharap menemukan sesuatu yang bisa dipakai dalam keadaan darurat. Dia melihat ke bawahnya dan menemukan seekor serangga berwarna biru yang dia ingat kegunaannya. Dia mengambilnya.

"Bitterbug! Penawar racun dalam tubuhnya berguna menahan sementara." pikir Allan lagi, aura itu semakin melebar.

"Tidak terlihat sama sekali! Ini... kuat sekali... mungkin sekuat... tidak... tidak sekuat milik orang yang pernah kutemui itu... dia yang bisa mengendalikan 'Satetsu'" pikir Allan lagi. Dia terus memperhatikan aura yang keluar dari botol itu.

"Ukh!" Kazune berlutut lagi tapi masih memegang pecutnya dengan kuat. Dia menawan Vienne.

"Sial! racunnya masih menyebar. Penawar racunku tidak sanggup menahan efeknya lebih jauh. Sepertinya ini adalah racun yang akan melumpuhkan lawannya, alih-alih mematikan lawan. racun yang tidak terlihat. Dulu aku sempat membuatnya, tapi aku tidak meneruskannya lagi."

kondisi Kazune menurun, tapi Kazune mencoba untuk terus bertahan. Dia tidak boleh kalah!

"Hmm..okay" ujarnya sambil berjalan bangku penonton dan menonton pertandingan tanpa memberi komentar apa-apa. Pikirannya tidak tertuju pada pertandingan tersebut, ia merasa kecewa pada pertandingan sebelumnya yang tidak memberinya cukup pemanasan untuk pertandingan berikutnya dengan Allan.

==

Bawan Leroy
- 2 Lightsaber
- 2 belati

Itu saja, Leroy tidak suka bergantung pada obat-obatan untuk merawat luka-lukanya. Proses penyembuhan natural Leroy cukup cepat dibanding manusia biasa karena sejak kecil hidupnya tidak tergantung pada siapa-siapa kecuali dirinya sendiri membuat pertahanan tubuhnya lebih kuat terhadap racun dan segala jenis penyakit seperti penyakit kulit.

"argh!!!". vienne sedikit terkejut dengan listrik yg dihasilkan oleh cambuk kazune itu, jaketnya terbakar dan melukai siku kirinya. " awh... kok bisa sih?? aduuh..."vienne ambruk, tapi tangan kanannya masih bisa membentuk lingkaran sihir. dia membentuk tanah sehingga bisa menahan kakinya sekencang kencangnya, lalu dia menaikkan tanah yang dipijaknya. kazune terbawa, dan dia melepaskan cambuknya agar tidak ikut terbawa. di atas, vienne melepaskan tanah dari kakinya, vienne kaget karena dia takut ketinggian. agar vienne tidak kehilangan keseimbangan dan jatuh, rienne menggantikan posisinya. rienne melompat turun dan berhadapan lagi dengan kazune.

"37 detik lagi..." gumam rienne. ya, 37 detik lagi sampai kazune benar-benar ambruk dan tidak bisa bergerak lagi. rienne merinding, dia sekarang benar-benar bertarung dengan orang yg dicintainya. (lebay~ padahal kan cuma latian tanding)

________________________________________________________________

OOT : maksudnya shei apa? ga ngerti ''a
kalo yg dimaksud botolnya itu botol racun vienne, racun itu jarak jangkauannya kecil..cuma sekazune aja

Aura dari botol itu ternyata berhenti menyebar dalam radius kecil.

"*glek*Kukira...hah...hah..." pikir Allan,terpaku, tangannya masih menggenggam serangga yang tadi diambilnya, setelah sadar, serangga itu dimasukkannya kedalam tasnya.

"Berarti setelah ini... kita berdua, Leroy?"

Kazune melepaskan cambuknya dan mengeluarkan hand gun dengan cepat. Dia menembakkan peluru jaringnya dari dua arah. Otomatis Rienne langsung terkurung oleh jaring yang dilontarkan oleh Kazune. Kazune langsung menghampirinya dan memastikan ikatannya itu tidak bercelah. ternyata memang tidak bercelah. Dia juga menurunkan tanah ke ketinggian semula.

"Racun ini akan melumpuhkanku sebentar lagi kan, Rienne? Maaf kalau kalkulasimu meleset karena aku mengurangi sedikit efeknya dengan penetralisirku." Kazune mengatakannya pada Rienne. Dia memang sudah mulai lemas lagi.

"Maaf Rienne, kamu harus tidur dulu sebentar. hanya sepuluh menit." Kazune menggunakan ujung tongkatnya dan menyalakannya hingga membuat seseorang tak sadarkan diri selama beberapa menit. kazune menggunakannya di leher Rienne dan Rienne tertidur.

kazune tersenyum melihat Rienne yang tak sadarkan diri karenanya, senyuman khawatir sekaligus bersalah.
"Ukh!" Kazune berlutut lagi dan akhirnya terbaring. Semua badannya telah terkena racun itu dan sekarang dia tidak bisa bergerak. Kazune tidak mempunyai penawarnya karena dia tidak sempat meneliti lebih jauh lagi.

Terdiam beberapa detik, Leroy baru tersadar. "Hmm? Oh..yeah" balasnya dengan senyum tipis di mukanya. "Aku ... ingin berkeliling sebentar." ujarnya singkat lalu berdiri dari bangku nya dan keluar dari aula.

Seperti yang Leroy duga, tidak banyak orang yang berada di luar aula karena banyak yang masuk untuk menyaksikan pertandingan di dalam aula. Baiklah, here goes... Leroy melompat-lompat kecil lalu melesat dengan kecepatan maksimum menaiki gedung terdekat. Sesampainya di atap gedung, Leroy menyeberangi gedung demi gedung untuk meningkatkan adrenalinnya yang masih sangat rendah sekarang.

Setelah mengitari areal pertandingan 5 putaran dengan diameter kira-kira 300m dalam waktu yang sangat singkat, Leroy menurunkan kecepatannya, melompat tinggi dan mendarat tepat di depan pintu aula. "Hmm ... Lumayan untuk membangkitkan semangat dan adrenalinku" ujarnya puas lalu melangkah masuk kembali ke dalam aula.

"..."

"Selesai? Seri...? ........." Melihat keduanya yang jatuh tidak sadarkan diri, Allan yang melihat perubahan pada Kazune memberinya Bitterbug yang dia miliki tadi, dan menjejalkannya kedalam mulutnya.

"Makan, kuharap efeknya berkurang walau hanya sedikit sekali, karena sedikit bisa menjadi penentu hidup dan mati selama orang yang membuat racun masih tidur."

Kazune dan Rienne dibawa keluar Arena. Tiba giliran Leroy dan Allan.

"Hum hum... baik... mari kita bersenang-senang" Allan memberi sedikit tekanan pada kata terakhirnya.

"Ah... kau pakai dua senjata... tidak adil... kalau begitu aku juga pakai..." Allan membawa Akai Suzu dengan tangan kanannya, dan menghunus Siegmund di tangan kirinya, sesuatu yang amat jarang dia lakukan disini.

"Baik... siapa mulai?"

rienne kaget. "eh? tap..ah.." dan akhirnya rienne tertidur. vienne juga tidak bisa apa-apa.

vienne dalam hatinya agak kesal, dia masih sadar, tapi badan rienne tidak. "sial!!!!!" gerutunya. "aku harus menunggu sampai sepuluh menit!!! argh!"

well. tetap saja vienne kalah di tangan kazune.

sepuluh menit kemudian, rienne membuka matanya, dia ada di ruangan medis. dia lupa dengan apa yg terjadi, namun ia mulai sadar sepenuhnya. ia harus menyembuhkan kazune. "ah!! pertandingan..kazu.."dia mencari kazune. rienne lega melihat kazune terbaring di kasur sebelahnya. tanpa membuang waktu, rienne langsung mencampurkan yasa potion yg ada dengan setetes violet potion. "seharusnya ini berhasil." dia mencoba mendudukan kazune dan membantunya untuk meminum penawar deadly potion itu.

"huf..untunglah belum terlambat"

Pandangan Leroy kini terfokus pada pertandingan, dengan langkah mantap ia melangkah ke atas arena. Menempatkan diri kira-kira 5 meter dari lawannya, Allan yang sudah mengeluarkan kedua senjatanya.

Leroy juga mengeluarkan dua Lightsabernya tapi tidak segera dihidupkan. "Yah, silahkan duluan.." ujarnya santai dengan posisi siap.

Kazune tersadar dan mulutnya terasa aneh. saat kazune mengeceknya ada serangga yang masuk ke dalam mulutnya.

"Cuh! serangga... siapa yang memasukkannya? yang pasti bukan Rienne dan Vienne!" Kazune bangkit dari kasurnya dan langsung tertidur lagi karena badannya masih lemas.

"Ah... Rienne... tadi kamu memberiku penawarnya ya? terima kasih..."
Kazune memegang tangan Rienne sambil tersenyum

"Maafkan aku tadi, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Kazune karena dia merasa bersalah telah melukai Rienne(menurutnya)

"Tolong temani aku sebentar ya... aku masih lemas... ramuan itu cukup berbahaya, dulu aku hampir berhasil membuatnya, tapi aku tidak melanjutkannya lagi.

dalam hatinya rienne merasa lega karena kazune baik-baik saja. "hm..aku? aku tidak apa-apa. hanya saja siku kiriku masih sedikit terluka. tapi sebentar lagi juga sembuh kok." katanya sambil tersenyum. "ramuan yg aku buat tadi bahannya aku ambil dari dunia ini, dan ditambah dari dunia yg dulu aku pernah tinggali. jadi sempurna penyebarannya. maaf ya, aku menggunakannya padamu.."

terdengar suara riuh penonton dari arena pertandingan. pertandingan kedua telah dimulai. "ahh..allan melawan leroy ya?" gumam riennne.

"Sini aku obati lukanya." Kazune mengambil healing potionnya dan mengobati luka di siku kiri Rienne.

"Aku sudah tidak apa-apa, ayo kita pergi keluar. Aku ingin melihat pertarungan mereka." Kazune bangkit dari tempatnya dan pergi meninggalkan tempat ini. Dia sangat antusias dengan pertarungan Leroy lawan Allan.

Allan tampak agak risih membawa kedua pedangnya.
"Uff...aku jarang membawa keduanya sekaligus... harap maklum..." nada suara Allan sedikit berubah lebih tinggi, lebih mirip seorang pemuda daripada orang dewasa.

"Uwaa...lawanku Ninja... umm... kalau begitu aku mencoba salah satu jurus ninja yang pernah kupelajari yaa... aku ingin tahu pendapatmu..." Allan menyilangkan kedua pedangnya, lalu menutup matanya.

"Shunshin." *shaat* Allan menghilang dari hadapan Leroy, dan tiba-tiba muncul dibelakangnya, mengayunkan Siegmund yang ada di tangan kirinya kearah Leroy...